☁️ | 22 • Mendengar Hati

7.5K 1.4K 179
                                    

Hollo!
Apa kamu merindukanku seperti merindukan semua orang yang ada di Criticalove?
Maaf sudah membuatmu menunggu lama:)
Aku harap kamu menikmatinya💙
Selamat membaca, my lav!

🎡


🎡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[ c r i t i c a l o v e ]

Hal yang orang nilai pertama kali adalah apa yang nampak oleh mata juga apa yang sudah diketahui.

☁️

"Gue heran."

Suara Antares mengalihkan fokus Revian. Lelaki itu menoleh seraya mengangkat sebelah alisnya. Menatap Antares tidak mengerti.

"Lo mainnya bagus, kenapa nggak ikut basket dari dulu?" tanya Antares kemudian.

Revian hanya mengedikkan bahunya. Ia bangkit, berjalan menuju parkiran sekolah. Tidak menghiraukan Antares yang kini berjalan menyusul.

Antares belum menyerah. Sikapnya yang demikian bukan karena tanpa sebab. Tadi, DHS menang turnamen persahabatan dengan SMA Taruna Nusantara. Pengaruh Revian dalam tim juga tidak bisa diremehkan. Meski awalnya hanya duduk di bangku cadangan, tapi ketika turun ke lapangan, lelaki itu pencetak skor yang hebat. Tembakan tiga poinnya begitu akurat. Dalam permainan Dream High School unggul walau skor terpaut tipis, lalu setelah Revian ikut bergabung, DHS jadi gencar mencetak poin hingga selisihnya terpaut jauh.

Rasanya teramat sia-sia jika lelaki itu hanya duduk menonton di bangku cadangan, bermain hanya ketika dibutuhkan.

"Gimana kalau lo ikut turnamen basket nasional?" tawar Antares di sela-sela pengejaran Revian.

Langkah kaki Revian terhenti, Antares berjalan mendekat. "Lo bercanda?" Revian skeptis dengan tawaran Antares.

"Gue enggak bercanda," ujar cowok itu dengan raut muka serius. Tangannya terulur, hendak membuat kesepakatan yang bisa menguntungkan banyak pihak. Namun lagi-lagi, ia tidak begitu dihiraukan Revian. Lelaki itu tetap meneruskan langkahnya yang sempat terjeda.

"Pikirin tawaran gue!" Teriakannya bahkan tidak membuat Revian berhenti. Menyebalkan.

Jadilah Antares berhenti mengejar. Mungkin saja, seseorang bisa menyadarkan Revian perihal potensinya dalam basket.

Sesampainya di parkiran, Raka sudah menunggu Revian di depan mobil. Lelaki itu nampak sedang berpikir. Lengannya terlipat di dada dengan tatapan tertuju pada sepasang kakinya.

"Gue kira lo bakal nunggu di dalem," ucap Revian membuyarkan pikiran Raka. Cowok itu mendongak lalu tersenyum kikuk.

"Gimana ekskulnya?" tanya Raka basa-basi. Dibukanya pintu mobil lalu mendudukkan bokongnya di kursi kemudi.

Criticalove [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang