☁️ | 34 • Patahnya Mimpi

4K 994 263
                                    

Heiyo!
Ketemu lagi sama aku!
Jangan bosen-bosen sama aku, jangan bosen buat spam komen, dan jangan bosen buat racunin temen kamu tentang cerita dari Daydreamproject10 terutama Criticalove 🤣

Eh, kira-kira bisa nemuin komentar aku yang spoiler tentang dua bab ke depan, gak? Kalau nemu, jangan lupa dibales ya xixixi.

Short question:

Lagu apa yang terakhir kamu dengerin?

Film favorit?

Penulis favorit?
Siapa tau ada yang sama kayak aku, nih!

Silakeun dibaca❤️
Jangan lupa komentarnya yang banyak! Xixixixi ❤️
Ar Notes jangan lupa dibaca juga😆

Silakeun dibaca❤️Jangan lupa komentarnya yang banyak! Xixixixi ❤️Ar Notes jangan lupa dibaca juga😆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Now playing :: Halsey - Still Learning

I should be living the dream
But I'm living with a security team
And that ain't gonna change, no

[ c r i t i c a l o v e ]

Perihal mimpi yang patah, penyebabnya adalah orang-orang yang selama ini kita anggap sebagai rumah.

☁️


Revian terus saja menggesekkan ujung pensil pada sebuah buku tanpa mengindahkan sekitar. Lelaki itu terlalu fokus pada gambar yang dibuat hingga tidak menyadari jika semua tatap mata tertuju padanya.

Nila berdeham. "Jadi kamu milih di mana Rev?"

Rapat Drawing Club hari ini membahas tentang tempat yang akan mereka datangi sebagai kegiatan ekskul di luar ruang. Untung saja Revian mau datang. Sebelumnya lelaki itu memang benar-benar menumpang nama saja. Kehadirannya tidak pernah tampak. Bahkan bisa dihitung jari lelaki itu menginjakkan kaki di ruang ekskul ini.

Revian mengangkat kedua bahu. Ia balas menatap orang-orang di sekitarnya. "Terserah," jawabnya lalu melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda.

Nila menghela napas panjang. Bukan sekali ini Revian acuh tak acuh ketika mengikuti kegiatan. Terlalu sering lelaki itu tidak menyimak, sibuk sediri akan sesuatu—gambar pada bukunya—atau bahkan tidur. Tidak pernah serius. Tapi bagaimana lagi? Revian juga berpotensi di sini.

Hingga kegiatan ekskul selesai Revian masih pada posisinya. Merenungi sketsa pada buku. Berdecak, Revian kehilangan arah pada gambarnya. Ia ingin menuangkannya pada kanvas dan memberinya warna. Tapi mengapa yang ia rasa hanya hampa?

Kanvas itu tetap putih. Mengesah panjang, Revian akhirnya menutup buku dan mengembalikan kanvasnya. Mungkin lain kali. Mungkin lain hari Revian mampu melanjutkan apa yang ingin ia selesaikan. Iya, kemungkinan yang baik. Kemungkinan lainnya buruk. Revian tidak bisa menyelesaikannya karena warna dalam hidupnya memudar, menyisakan gelap dan hampa berkepanjangan.

Criticalove [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang