Bagian || 3

101K 8.8K 166
                                    

Vote dan komen guys.
Kalau ada typo tolong bantu tandakan yaa.

Happy Reading 📖


Jam menunjukkan pukul lima lewat sepuluh menit. Neira terbangun dengan sendirinya. Kemarin suara tangis baby Ares yang membangunkannya.

"Tumben banget Ares ga nangis," ucap Neira dengan suara seraknya. Mengucek matanya kemudian ia mencoba menoleh ke kiri dimana suaminya tidur.

Pemandangan yang sangat asing namun membuat hatinya menghangat. Di sana, di dada Revan ada makhluk kecil yang tidur tengkurap dengan lengan Revan yang memeluknya.

Neira sama sekali tidak pernah membayangkan akan melihat hal ini. Karena ia sadar pernikahan mereka bukan karena ada rasa cinta di dalamnya.

Kalau sekarang sih Neira cinta banget sama suaminya. Ingat, hanya Neira.

Neira kemudian bangkit perlahan dan duduk di pinggir ranjang sebentar sebelum melanjutkan berjalan ke kamar mandi. Hanya delapan menit waktu yang dibutuhkan untuk Neira membersihkan diri. Dia jagonya mandi koboi.

Bergegas ia membangunkan suaminya agar tidak telat beribadah. Meski pun sudah bisa dibilang telat sih.

Melihat wajah polos suaminya yang kelelahan membuat Neira tidak tega. Dia mengangkat Ares dengan perlahan agar baby Ares tidak terusik. Kemudian mengguncang lengan Revan untuk membangunkannya.

"Mas, bangun udah hampir telat sholat subuh."

Revan tidak bergerak, membangunkan Revan yang kelelahan memang membutuhkan tenaga ekstra.

"Mas," ucap Neira dengan tangan yang menepuk pelan lengan Revan.

Revan mulai menggeliat beberapa saat kemudian ia membuka matanya. Tangannya meraba dadanya. Mencari sesuatu di sana.

"Ares udah aku pindahin ke kasur, Mas," kata Neira.

Revan menoleh ke baby Ares. Melihat Ares yang masih terlelap, ia pun langsung bangkit agar bisa cepat beribadah.

Sementara itu, Neira beribadah duluan karena memang mereka tidak pernah sholat berjamaah.

Setelah Revan selesai sholat, Neira memanggilnya. "Mas, boleh aku titip Ares dulu? Aku mau bantu buat sarapan. Nanti kalau Ares bangun Mas Revan bisa telepon aku."

Jarak kamar tidur dengan dapur memang cukup jauh khawatir Revan terlalu lelah lebih baik menggunakan ponsel supaya lebih mudah berkomunikasinya.

"Ya, tenang saja." Neira pun mengangguk dan segera keluar untuk membantu Bi Asri dan Bi Sari yang sedang mempersiapkan sarapan. Neira juga ingin belajar membuat mpas untuk Ares.

Neira bisa masak tapi tidak ahli, hanya seadanya, menu sederhana.

"Kayaknya gue harus belajar masak deh, belajar ngurus bayi, belajar jadi orangtua, PR gue banyak banget."

Soal pekerjaan juga Neira masih belum merencanakannya. Disatu sisi ia khawatir tidak bisa menemani Ares  karena sibuk tapi di sisi lain Neira juga ingin menikmati masa muda dengan bekerja, menjadi wanita karir yang sukses.

Jalanin aja udahlah.

Biasalah, kalimat pasrah di kala sedang resah dan kebingungan. Tapi, nyatanya memang harus jalanin 'kan. Tentu harus ditambah embel - embel. Lakukan yang terbaik.

"Woke, eneng siap demi ketemu oppa kesayangan." Biasalah, lagi kumat jiwa remajanya.

Di kamar, Revan masih betah memandangi anaknya. Ares tergolong kurus untuk bayi berumur sepuluh bulan, membuat Revan meringis membayangkan hidup bayi itu sebelumnya. Dia belum tumbuh gigi, padahal setahu Revan normalnya sudah punya gigi.

PARENTS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang