Extra Part

61.3K 3.9K 72
                                    

Halo, guys. Lama tak menyapa di sini. Deg-degan sumpah mau upload doang padahal :".

Oke pertama, aku gak nyangka ceritaku yang masih banyak kekurangannya ini bisa mendapat apresiasi yang bagiku cukup besar. Mohon maaf ya gais kalau masih banyak kekurangan, yang gak jelas, pokoknya kek bikin kalian mikir "Apaan sih gak nyambung banget ini."

Aku juga mau bilang terima kasih buat kalian yang udah ramein cerita ini, udah END tapi masih tetap komen. Aku terharu sekali hihi #abaikan. Love you 💛.

And then, aku update karena hari ini adalah ulang tahun Yuju. Yeay, happy birthday Yuju 🧚‍♀💙. Yuk, makin bersinar hihi, gak lupa kita juga semoga bisa lebih cerah lagi. Aamiin 💐.

Okee.

Sungja.

================================

Happy Reading 📖

Hari ini cuaca sedang tidak berpihak pada Neira. Hujan dari pagi yang belum kunjung reda sampai sekarang, sudah cukup menyulitkannya untuk bisa sampai ke kampus tepat waktu. Alhasil, dia harus kehilangan kesempatan untuk bisa mengajukan beasiswa karena berkasnya sudah tidak diterima.

"Harusnya kakak datang lebih awal." Datang tepat waktu saja tidak bisa, apalagi datang lebih awal, gumam Neira dalam hati. Ia ingin menangis karena tidak bisa membantu mengurangi beban Bunda Duri.

Neira bukan berangkat kesiangan, dia bahkan sudah jalan dari rumah jam setengah enam pagi. Menerobos hujan dengan berbekal satu payung yang tidak bisa melindungi sepenuhnya dari air hujan. Tapi, karena memang transportasi umum yang tidak beroperasi seperti biasa karena hujan deras, jadi Neira harus menunggu bus lebih lama dari biasanya.

Biaya kuliahnya memang tidak besar nominalnya dibandingkan teman-teman sekelasnya. Perekonomian yang sedang kurang baik, membuat Neira bertekad tidak lagi menyusahkan Bunda Duri dengan cara mencoba mengajukan beasiswa. Meski dia tidak begitu menyukai jurusannya, tapi dia tidak bisa menolak keinginan Bunda Duri yang menginginkan ia menjadi Sarjana. Bunda Duri mengizinkan kalau dia ingin pindah ke jurusan lain, tapi Neira berpikir kalau ia pindah maka sia-sia uang yang sudah dibayarkan. Ia tentu saja tidak menginginkan uang yang ada terhambur begitu saja.

Merasa tidak ada gunanya lagi berlama-lama di kampus, lebih baik ia segera pulang membantu Bunda Duri membuat kue untuk di jual. Tak apa meski harus kembali menerobos hujan lagi.

Payung yang ia gunakan tidak bisa melindunginya dari hujan badai, membuat celana jeans dan kemeja yang ia pakai terkena air hujan. Neira cukup khawatir, penumpang lain di bus akan terganggu karena ia yang basah kuyup.

Kebetulan sekali saat sampai di halte, bus dengan rute tujuannya baru saja tiba. Neira harus berebut dengan banyak orang agar kebagian masuk, kalau tidak naik sekarang ia harus menunggu kurang lebih dua puluh menit lagi, dan itu cukup lama.

Suasana jadi bertambah tidak kondusif karena hujan begini, beberapa kali orang ada yang terpeleset saat menaiki tangga bus. Neira sendiri sudah berada di pinggir tangga, ia harus hati-hati menapak supaya tidak jatuh. Tapi mungkin karena hari itu bukan keberuntungannya, ia harus terjatuh--ke luar bus--karena terdorong dari arah dalam bus yang memang sudah cukup sesak.

"Maaf, Kak. Maaf," ucap seorang perempuan yang berada di sampingnya tadi, sebelum pintu bus tertutup dan melaju meninggalkan Neira yang berusaha berdiri.

Ia meringis kecil, telapak tangannya sedikit tergores aspal. Dengan usaha menyelamatkan pakaiannya agar tidak bertambah basah, Neira segera kembali ke halte, walaupun sebenarnya sia-sia karena ia sudah basah kuyup.

PARENTS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang