Bagian || 10

79.3K 7K 35
                                    

Ada yang nungguin ga?
Kalau engga, aku ga terburu - buru update 😅.

Vote dan komen guys. Typo tolong tandakan yaa.

Happy Reading 📖

Sudah seminggu dari kejadian itu terlewati. Sekarang Neira sudah kembali seperti biasa. Meski terkadang ada rasa was - was akan Hera. Namun, ia kembali berusaha mengenyahkan rasa takut itu.

Keadaan publik juga berhasil dibungkam atas perintah Revan. Tidak ada lagi yang mengusiknya dan Revan merasa tenang akan hal itu.

Awalnya Revan sangat marah begitu mengetahui ada hubungan apa istrinya dengan Hera itu. Dulu, istrinya itu hampir setiap harinya mengalami tekanan yang berat saat berada di sekolah SMAnya.

Berasal dari keadaan tidak memiliki orangtua, bisa dikatakan miskin karena memang sekolah Neira adalah untuk kalangan menengah ke atas, Neira hanya beruntung bisa bersekolah di sana karena otaknya.

Banyak siswa yang memang membenci Neira namun ada juga yang masih mau berteman dengannya. Hera adalah pelaku bully paling parah yang batas kemanusiannya sudah tidak bisa ditoleransi lagi menurut Revan, terlebih sosok yang di-bully itu adalah istrinya. Tidak ada ampun bagi yang sudah mengusik keluarganya.

Perilaku yang diterima Neira seperti contohnya adalah setiap sepulang sekolah Neira akan dikurung di gudang dan akan menjadi korban amukan Hera tidak sekali dua kali Neira menerima tamparan, jambakan, cakaran apalagi tendangan. Neira juga tidak paham kenapa Hera bisa sangat membencinya.

Itu hanya satu dari contoh perlakuan Hera terhadap istrinya. Bunda yang tahu saat pertama kali melihat Neira yang pulang dalam kondisi yang tidak baik sudah akan melapor ke sekolahan. Tapi, Neira melarangnya karena tidak ingin memperpanjang masalah. Begitulah Neira hidup semasa SMAnya. Bekal dari Bunda di panti asuhannya membuat Neira bisa melewatinya meski Neira tidak tahu apakah dirinya sebenarnya baik - baik saja atau tidak. Karena yang Neira tahu hanyalah bertahan dan semua akan terlewati.

Neira bukan tidak pernah ingin menangis, hanya tuntutan yang memaksanya untuk tegar. Jadi, Neira pun bersikap keras kepada dirinya sendiri.

Revan tidak mampu berkata - kata lagi, seburuk apa hidup yang dialami Neira dulu. Nafasnya terasa tercekik mendengar semua informasi dari Tion. Revan merasa tidak tahan harus memenjarakan Neira oleh kepalsuan semata. Karena itu. Revan sedang mempersiapkan diri melepas kepalsuan itu.

"Pupupupu ee ee ee." Suara Ares yang sedang tengkurap di ranjang sambil memegang mainan di tangannya terdengar memecah keheningan. Sekarang hari minggu, Revan berada di ranjang sambil berkutat dengan file di laptopnya.

Sedangkan Neira sedang membuat susu formula untuk anak mereka. Revan melirik Ares yang mulai merangkak, saat hampir melihat Ares sudah hampir ke pinggir ranjang spontan saja Revan menaruh laptopnya dengan kasar dan bergerak cepat menjangkau kaki Ares.

Beruntung Ares berhasil tidak jatuh ke lantai. "Cup cup cup, tenang ya sayang," ucap Revan menenangkan Ares yang terkejut.

Neira yang sedang membuat susu ikut berteriak karena terkejut takut Ares terjatuh. "Gapapa 'kan, Mas?," tanya Neira khawatir.

Tangannya sedikit tersiram air panas karena panik melihat Ares. Revan melirik tangan Neira yang memerah, mungkin sebentar lagi akan melepuh.

"Cuman kaget dia," jawab Revan yang bangkit ingin mengambil sesuatu sambil menenangkan Ares.

"Syukurlah, aku kaget banget sampai jantunganya loncat," ujar Neira yang sedang menyelesaikan pekerjaannya kembali.

Revan menduduki dirinya di sofa dan memangku Ares yang sudah mulai tenang. Neira ingin mengangkat Ares karena ingin memberikan susu namun Revan menahannya. "Bawakan bouncer baby ke sini," pinta Revan.

PARENTS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang