Bagian || 15

68.3K 6.3K 75
                                    

Hai.

Makasih atas apresiasinya manteman 🍃🧡.

Maaf atas kekurangan yang ada, akan diperbaiki sambil terus belajar.

Sung ja.

Happy Reading  📖

"Neira!" geram Revan. 

Pagi ini, cukup mengesalkan bagi Revan. Bagaimana tidak, istrinya masih tertidur sekarang, padahal sudah berkali-kali dibangunkan dari satu jam lalu. Tadi, Neira sempat membuka mata dan sudah duduk di ranjangnya jadi Revan pikir sudah aman karena itulah dia pergi mandi. Namun, yang dilihatnya setelah selesai mandi adalah Neira yang tidur kembali dengan posisi telungkup dan kedua tangan yang merentang lebar. 

"Tidak ada waktu untuk tidur lagi. Bangunlah jika kamu tidak ingin ditinggal," ancam Revan --yang telah kembali dari wardrobe room-- tapi yang didapat adalah kesia-siaan semata. Percuma saja dia berteriak dan mengguncang bahu Neira. Tidak mempan sama sekali. 

Ah, jadi untuk apa Revan mengerahkan tenaga dari tadi. 

Revan baru pertama kali melihat Neira sesusah ini dibangunkan, apa mungkin memang dia yang tidak menyadarinya karena selalu berangkat pagi sebelum Neira bangun. Revan yang memang bukan orang yang bisa sabar, sudah mendecak kesal beberapa kali sambil berkacak pinggang mengamati Neira yang malah hanya berpindah posisi.

"Benar-benar menyebalkan," desisnya, lalu berjalan menuju sofa lalu menghempaskan diri.

Melirik jam di dinding kamarnya, Revan menghela napas kasar. Jiwa pemimpin Revan jelas menolak kata terlambat untuk urusan seperti ini. Untuk itu, tanpa basa basi Revan mengangkat Neira dan membawanya ke kamar mandi.

"Cepatlah bersiap. Kita akan terlambat kalau kamu lama. Aku tunggu lima belas menit lagi," ujar Revan datar. Neira hanya mengerjapkan mata bingung, wajah kantuknya sangat menggemaskan, tapi sayang sekali tidak bisa meluluhkan amarah Revan.

"Cepat Neira!"

"Iya, kamu keluar aja dulu," decak Neira sebal. Hey dia baru saja bangun, apa tidak bisa membiarkannya mengumpulkan kesadaran terlebih dahulu.

"Bawa saja diri kamu ke mobil. Ares nanti sama aku." Revan meninggalkan Neira yang masih berusaha membuat kelopak matanya terbuka lebar.

👶👶👶

Di perjalanan, Neira mencuri lirik ke arah suaminya yang sedang menyetir. Mobil mereka diikuti oleh pengawal yang diperintahkan Revan untuk berjaga-jaga. Ares masih tertidur di pangkuan sang mama.

"Kenapa marah-marah?"

Neira memalingkan wajah sepenuhnya ke arah Revan karena bos besar itu tidak menjawab pertanyaannya.

"Kenapa? Gara-gara aku lama bangunnya?" tanya Neira ragu, karena bagi Neira, saat dia bangun tadi waktuya masih tersisa sangat panjang untuk bisa sampai ke bandara tepat waktu. Mereka tidak akan terlambat.

Sedangkan Revan yang mendengar itu, tidak habis pikir dengan istrinya. Sepertinya ia harus melatih Neira agar disiplin.

"Lain kali aku gak mau kejadian seperti tadi terulang kembali. Biasakan untuk menjadi orang yang disiplin," nasehat Revan pada Neira.

Sebagai perempuan, jiwa tidak ingin disalahkan berkobar, yang tentu saja menyulut emosinya. Tidak terima dinasehati seperti dia melakukan kesalahan besar saja.

Neira yang menyukai kedamaian memilih untuk meminta maaf dan mengiyakan nasehat Revan.

"Sebentar lagi sampai, nanti kita sarapan dulu saja di sana."

PARENTS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang