Bagian || 21

62.8K 5.7K 65
                                    

Hai.

Yuk ramaikan part ini 🔥.

Jangan lupa vote dan komen gais.

Okee.

Sungja.

================================

Happy Reading 📖

"Aman kan?" Neira tersenyum sambil memasangkan sepatu Ares.

"Aman kok, Mas. Gak akan ngotorin mobil kesayangan kamu," canda Neira. Yang dibicarakan adalah persoalan apakah Neira mual atau tidak.

"Terserah saja," sahut Revan malas. Neira makin terkekeh mendengarnya. Entah, menurut Neira itu sangat lucu.

Revan keluar mobil terlebih dahulu, ia mengitari mobil untuk membukakan pintu di mana Neira berada. "Hati-hati," peringat Revan saat Neira ingin keluar dari mobil.

"Makasih, Mas. Aresnya turunin aja, biar dia latihan jalan lagi."

Ares yang baru diturunkan, langsung mulai melangkah terburu-buru tentu dengan Revan yang memegangi. "Tungguin mama dulu sayang," ucap Revan mengingatkan Ares kalau Neira masih jalan cukup jauh di belakang.

"Maaaa yu yuuu!" teriak Ares, gregetan sendiri.

"Hush, gak boleh teriak-teriak Ares," kata Revan, ia berjongkok agar sejajar dengan tinggi Ares. Mata Ares fokus menatap Revan. "Nda boleh," sahut Ares dengan mata bulatnya yang melebar, gemas sekali.

Wajah Ares jadi mirip dengan Revan, kulitnya juga putih seperti Revan dan Neira, alisnya cukup tebal. Hari ini dia memakai baju kodok berwarna cokelat, di kepalanya memakai topi berwarna senada, layaknya pelukis.

"Baik banget sih nungguin mama," ucap Neira yang sudah berada di belakang Revan dan Ares, memutus perbincangan ayah dan anak itu.

"Mamaa maa, buyuuu," omel Ares dengan bibirnya yang monyong-monyong.

"Kenapa sih gemas banget, ihh." Jangankan Neira, Revan saja bisa terbahak hanya karena tingkah lucu Ares. Anaknya benar-benar ajaib.

"Assalamu'alaikum, Mah, Pah," seru Revan dan Neira.

Mereka berjalan bersama ke halaman samping. Biasanya papa dan mamanya akan menikmati waktu luang di hari minggu pagi dengan bercocok tanam atau sekedar mengobrol sambil meminum teh hangat.

"Loh, kalian dateng? Tumben banget ini. Aduh, tangan mama kotor," sambut Mama Risa heboh.

Mama Risa dan Papa Vian baru saja selesai menanam bunga mawar. Katanya biar tamannya jadi cantik, banyak bunga yang berwarna-warni.

"Kalian makan dulu aja, nyemil buah tuh di sana," suruh Mama Risa sambil menunjuk gazebo, tempat mangkal Mama Risa dan Papa Varo pagi ini. "Mama mau cuci tangan dulu deh, atau sama mandi ya?"

"Sekalian mandi juga gapapa, Mah. Kita di sini sampai sore kok," jawab Neira.

"Yaudah mama bersihin badan dulu, ya. Papa juga jangan lama-lama, cepet mandi biar bisa main sama cucu."

Meski Neira sudah bisa menebak kalau kejutan yang akan mereka berikan pasti akan membuat mama mertuanya senang, tapi tetap saja jantungnya berdetak cepat, sangking cepatnya membuat napas Neira terasa pendek.

"Gugup?" tanya Revan setelah merasakan tangan Neira yang ia gandeng terasa dingin.

"Iyaa."

"Rileks, Neira." Bagaimana mau rileks, kalau memang hati yang menolak untuk tenang, pikir Neira.

PARENTS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang