Bagian || 23

58.8K 5.2K 121
                                    

Hai.

Ramaikan part ini yaa. Vote dan komen gais ⭐.

Kalau ada typo koreksi sajo.

Okee.

Sungja.

================================

Happy Reading 📖

"Anjir Neiraa. Lo ya ampun! omegat omegat. Lo hamil?" Dena bertanya tanpa menutupi rasa terkejutnya.

"Yaa begitulah," jawabnya malu-malu.

"Congrats, bestie. Gue ikut seneng." Dena memberi Neira pelukan dan menciuminya di pipi. Rusuh sekali memang Dena ini.

"Selamat, Nei gue ikut seneng." Giliran Flaya yang bersuara. Usaha Neira dan Dena mengunjungi rumah Flaya waktu itu lumayan membuahkan hasil.

Ya, meski tetap saja sih Flaya jadi jarang bisa ikut meramaikan grup mereka. Katanya kalau sahabat yang udah nemuin pacar atau tambatan hati, lama-lama akan menjauh. Neira masih belum mengerti sih kenapa itu bisa terjadi.

"Kok lo nangis sih?" Neira bertanya pada Dena.

"Gue terharu, sialan." Dena dan Flaya yang menemani Neira dari saat awal kuliah, menikah sampai sekarang, melihat bagaimana Neira terus berkembang. Dulu, Neira sangat pendiam, jarang bercerita, lebih kepada pendengar saja tapi lama-lama Neira mulai berani terbuka pada mereka. She's the strongest girl they ever meet.

"Thank you, guys. Doain yaa semua lancar." Neira terharu menerima perhatian yang tulus dari dua sahabat terbaiknya.

"Pasti dong. Lo harus baik-baik aja selalu. Ya gak, Fla," ujar Dena. Flaya mengangguk.

"Lo bahagia banget, Nei. Kalau lagi kasmaran tuh pasti kayak lupa daratan gak sih?"

Neira sendiri memang merasa ia sangat-sangat bahagia. Selama hidupnya, Neira rasa masa ini merupakan masa terbahagianya.

"Tunggu. Maksudnya lupa daratan tuh gimana, Fla? Kayaknya urusan percintaan lo lebih ahli deh," sahut Neira sambil memakan salad buahnya.

"Lupakan gais. Soal ahli cinta doakan saja. Gue sih berharapnya bisa sesuai lah kayak ekspetasi gue. Kalau boleh jujur nih Nei. Gue keknya pengen suami yang kayak Revan deh, ya kayak keluarga Aksara lah." Flaya berucap asal.

"Dan Sam memenuhi ekspetasi loh kan sejauh ini?" tanya Dena. Ia mengamati raut wajah sahabatnya itu.

"Hmm. Dia care banget."

"Setiap orang tuh gak mungkin punya sifat yang sama persis gak sih? I mean, kalian sering dengar kan rumput tetangga lebih hijau dari pada rumput sendiri. Itu cuman 'kelihatannya'. Kalian bisa nangkep maksud gue kan?" tanya Dena. Untuk urusan pasangan begini, memang agak rumit menurutnya. Banyak rasa yang harus ikut bermain.

"Paham, Na. Udah lah gue tadi cuman iseng. Nih mending kita nemenin bumil makan." Neira terkekeh, dari tadi memang dia belum berhenti makan. Dia bahkan memesan dua buah salad lagi.

Semoga saja tidak ada yang berpikir Neira tidak tahu diri atau jadi sok berkuasa, berlaga jadi nyonya bos, mentang-mentang Revan mencintainya.

Neira hanya kehilangan kontrol pada keinginannya. Sulit sekali menahannya.

"Iya mendingan temenin gue makan aja. Itu ice creamnya mulai cair tuh," kata Neira, menunjuk ice cream milik Flaya.

"Siap ceunah."

👶👶👶

"Vano, ini mama udah sampai. Masih di parkiran. Kamu di mana ini? Jadi bisa enggak?" Rencananya Mama Risa, Neira, Ares dan Revan akan berbelanja bersama. Hanya Mama Risa yang bersemangat sih sebenarnya, katanya ingin membelikan mainan, baju, makanan juga. Intinya beli apapun yang ingin dibeli.

PARENTS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang