Bagian || 24

50.1K 4.9K 42
                                    

Hai.

Gais, ramaikan yaw, vote dan komen gais. Bintangin ⭐.

Okee.

Sungja.

================================

Happy Reading 📖

"Dik dik." Ares sedang sibuk mengajak adiknya--yang masih di perut mamanya--berbicara. Tangannya juga ikut bekerja, mengelus perut mamanya dengan hati-hati, meski beberapa kali menepuknya ringan.

"Ares sayang adik, ya?" Neira bertanya sambil mengelus tangan Ares.

Saat pertama kali memberitahu Ares kalau ia akan mempunyai adik, bayi yang masih belum mengerti sepenuhnya itu berteriak senang karena kata papanya, ia akan punya teman bermain.

"Emm, au emuu," oceh Ares yang mulai beralih minta digendong mamanya.

"Mau ketemu? Sabar ya ganteng." Kaki Ares yang tidak mau diam di pangkuannya membuat Neira was-was, takut Ares tidak sengaja menginjak perutnya. Akhirnya, Neira mengangkat Ares untuk digendong sebentar.

Mereka sedang ada di kantor Revan tepatnya di kamar pribadi pria itu. Hari ini Varo dan Rini sudah membuat janji dengan suaminya katanya ingin makan siang bersama, sekaligus merayakan kedatangan ponakan baru.

Revan yang cukup sibuk ditambah khawatir bila makan siang di luar mengusulkan agar makan siang di kantornya saja. Alhasil hari ini Neira dan Ares menyusul diantar supir jam sepuluh tadi.

"Mereka sudah ada di lobby." Suara Revan mengejutkan Neira yang berada di dekat jendela, mengamati keramaian di bawah sana.

Neira memasang wajah bingungnya karena Revan yang datang-datang malah menatapnya tajam.

"Ck, kenapa gendong Ares?" tanyanya dingin.

"Karena Ares mau digendong."

"Asyira," geram Revan dengan suara rendahnya.

"Mas, jangan berlebihan. Banyak kok orang hamil yang ngangkat barang berat, yang gendong anak juga banyak. Aku juga bisa," bela Neira, berusaha membuat suaminya tidak khawatir.

"Mereka ya mereka. Kamu gak inget dua minggu lalu abis masuk rumah sakit?"

"Tapi aku udah merasa baik-baik aja." Tanpa banyak bicara, Revan mengambil alih Ares dan menurunkannya di tempat bermain milik anak itu.

"Kamu pingsan Neira. Itu bukan lelucon untuk orang hamil." Revan berujar tegas.

Mengingat kejadian dua minggu lalu, di mana ia sedang berada di Jerman untuk mengikuti sebuah acara penting bagi perkembangan perusahaannya. Saat itu, ternyata Neira dilarikan ke rumah sakit karena pingsan akibat kelelahan menjaga Ares ditambah kondisi kehamilannya yang masih berada di trisemester awal membuat tubuh Neira cepat lelah.

Dokter memperingatinya agar Neira tidak mengangkat benda berat atau menggendong Ares dulu karena kandungannya masih rawan setelah kejadian itu.

"Cuman sebentar, Mas." Revan menggelengkan kepalanya. Ia memilih keluar dari kamar dan kembali duduk di kursi kerjanya.

"Mas?" panggil Neira. Perempuan hamil itu menyusul Revan. Neira hanya ingin menggendong Ares sebentar saja toh dia merasa kuat.

"Iya aku minta maaf, Mas."

Revan yang masih kesal memilih mengabaikan Neira. Yang Revan khawatirkan bukan hanya Neira tetapi anaknya juga.

"Mas, jangan marah," cicit Neira hampir menangis. Lima menit diabaikan Revan padahal dia terus meminta maaf dan berdiri di samping laki-laki itu, membuat Neira menumpahkan air matanya.

PARENTS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang