Hai.
Ketemu lagi.
Seneng gak?
Typo tolong tandakan yaw, tencu.
Sungja.
Happy Reading 📖
Neira mencoba membuka matanya, mengedipkan mata berulang kali untuk menghalau rasa kantuk yang masih menyerangnya.
Begitu penglihatannya sudah normal, dia baru menyadari ada tangan yang melingkar di perutnya. Neira menjatuhkan pandangan ke tangan itu untuk memastikan apa benar itu tangan suaminya.
Benar, itu tangan Revan.
Belum selesai dengan rasa terkejutnya, Neira dibuat merinding dengan suara Revan yang terdengar jelas di telinganya.
"Sudah bangun?"
Neira tidak menjawab, lebih baik pura-pura tidur, pikirnya. Revan yang tahu itu menaikan satu sudut bibirnya.
"Aku tahu kamu sudah bangun, Neira. Jangan bersikap bodoh seperti itu."
"Ck, biarin aja aku yang mau kok," kata Neira ketus.
"Kenapa jawabnya begitu?" Sudah beberapa kali Neira menjawabnya dengan nada ketus, dulu Neira tidak seperti itu.
"Ya abis masnya yang nyebelin. Udah ah, ini kenapa deket-deket?"
"Asyira, jangan melampaui batas!" geram Revan. Sungguh, bagaimana pun Revan tidak suka drama seperti ini.
Neira terdiam, pikirannya berkecamuk. Dia juga bingung kenapa bisa bersikap begitu ke suaminya. Dulu dia mana berani. Apa mungkin ini efek pengerasan perasaan?
"Segera mandi. Hari ini kita sarapan bersama," ujar Revan yang menarik tangan istrinya agar tidak rebahan lagi.
Neira memberikan ancungan ibu jarinya pada Revan. Melihat Neira yang kelihatannya tidak ada gairah untuk melanjutkan tidur, Revan bisa pergi mandi dengan tenang.
"Ya ampun bi, ini masaknya apa gak kebanyakan?" Neira yang telah selesai mandi, sudah berada di ruang makan dengan Ares yang merangkang mengikuti mamanya sejak sampai di lantai bawah tadi.
"Tuan yang minta Non Neira, katanya biar Non Neira makannya banyak," sahut Bi Asih yang semangat menata hidangan di meja makan.
Tidak lama kemudian, Revan yang sudah memakai setelan jasnya bergabung dengan Neira dan Ares di meja makan.
"Kenapa gak makan?" Neira dari tadi memang hanya menatap makanan di meja dan sesekali mencuri pandang ke Revan yang berada di sampingnya.
"Gak papa, Mas," jawabnya, lalu mulai menyantap makanannya.
"Oh ya, Mas. Kemarin Oma Rosaline telepon, terus titip pesan. Katanya, Mas Revan di suruh menemui oma dan jangan menghindar terus."
Revan mengeratkan pegangan pada sendok makannya. Ia melirik Neira singkat. "Jika ada telepon atau apa pun yang berhubungan dengan oma atau keluarga besarku, langsung kabarin aku."
Neira yang merasa melakukan kesalahan karena tidak langsung bilang pada Revan jadi tidak enak hati.
"Iyaa, maaf ya, Mas. Aku pikir mas pasti sibuk kemarin," ujar Neira.
Mereka melanjutkan makan dengan tenang. Setelah menghabiskan makanan di piring masing-masing, Revan menghampiri Ares yang masih sibuk dengan biskuit di tangannya.
"Papa kerja dulu ya sayang," pamitnya pada Ares. Ares yang tahu akan ditinggal papanya, langsung membelitkan tangannya pada leher Revan dan melempar biskuit yang tadi menjadi fokusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARENTS [END]
Любовные романы[FOLLOW AKU GUYS BIAR RAME. MAACIW] Kata siapa menikah sama orang kaya hidupnya pasti enak terus, kata siapa banyak uang pasti selalu bahagia. Hidup Neira Asyira tidak melulu dihampiri kebahagian. Berat. Apalagi Revano Pramudya Aksara adalah incaran...