Hai.
Aku double update nih, double update pertama kali hehe pakuin ah biar jadi kenangan 📌
Jangan lupa ramaikan, vote dan komen gais ⭐.
Okee.
Sungja.
================================
Happy Reading 📖
"Turun dulu, yuk," bujuk Revan, pasalnya Ares tidak mau turun dari gendongannya.
Hari ini, Ares sudah kembali ke rumah. Tapi tentu tetap harus mengkonsumsi obat agar bisa benar-benar pulih.
"Iyaa turun dulu ya, sayang. Papa mau ambil mainan Ares dulu kan di mobil," timpal Neira. Agar Ares mau minum obat, ia dan Revan mengimingkan akan membelikan Ares mobil mini. Padahal anak itu belum bisa lancar berjalan.
Neira sebenarnya takut sih, maklum bawaannya ngeri aja takut jatuh. Kalau Revan sih tidak masalah asal tetap dalam pengawasan.
"Bil?" tanya Ares, belum seceria biasanya.
"Iya sayang." Ares lalu mengulurkan tangannya ke Neira.
"Bentar ya sayang. Nanti oma sama opa bentar lagi dateng, mau ketemu Ares katanya," kata Revan. "Kamu tidur siang aja sama Revan, paling sore aku kembali. Mama sama papa juga sore atau malam," lanjutnya.
Ada meeting penting, mau tidak mau Revan harus pergi ke kantor. Neira mengiyakan, dia menahan tangan Revan saat pria itu hendak pergi.
"Hati-hati, Mas. Jaga kesehatan," pintanya.
"Hm. Aku berangkat," pamit Revan setelah mencium kening Neira.
Neira segera berbaring, begitu juga dengan Ares. Apa yang terjadi cukup menguras tenaga dan pikirannya. Neira tidak masalah bila dirinya yang dicelakai tapi tidak dengan anak-anaknya.
Neira bahkan terlalu lelah memikirkan apa rencana yang akan orang itu lakukan. Tapi, Neira tahu pasti suaminya lebih lelah karena selain mengurus masalah ini dia juga harus mengurus perusahaannya. Tanggung jawab yang Revan miliki besar.
Jadi, sebisa mungkin dia tetap makan sesuai waktunya, meminum vitamin tepat waktu dan menjaga suasana hati agar tidak terlalu stress.
Revan tidak memberi tahu siapa pelakunya, entah dia sengaja atau terlupa Neira juga tidak paham. Seperti yang pria itu katakan, Neira akan percaya bahwa Revan akan melindungi mereka.
👶👶👶
Revan yang sedang bersiap di ruangannya, terganggu dengan pintu yang tiba-tiba terbuka.
"Siang, Pak Revan," sapa Hesy, Revan ingat siapa dia. Ia adalah utusan dari perusahaan Aksgro, milik Reno.
Dia menatap sekretarisnya tajam karena sudah lalai menjalankan tugasnya, membiarkan orang asing seenak jidatnya masuk ke ruangannya, tanpa mengetuk pintu pula.
"Ma-maaf, Pak Revan. Saya kesulitan menahan perempuan ini," jelas Mela, sekretaris Revan.
"Bawa dia keluar!" sentak Revan. Berani sekali wanita itu datang ke ruangannya. Emosi Revan jelas memuncak.
"Eh, eh! Jangan dong. Saya kan gak macam-macam," kata Hesy, menahan diri saat akan diseret keluar.
"Pak Revan, saya cuman mau ngajak bareng ke ruang meeting-nya kok. Mari, Pak," rayu Hesy.
Mendengar suara perempuan tidak punya sopan santun itu membuat emosi Revan semakin tidak terkendali.
Dia melempar tumpukan kertas yang sedang dipegangnya, membuat bunyi yang cukup keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARENTS [END]
Lãng mạn[FOLLOW AKU GUYS BIAR RAME. MAACIW] Kata siapa menikah sama orang kaya hidupnya pasti enak terus, kata siapa banyak uang pasti selalu bahagia. Hidup Neira Asyira tidak melulu dihampiri kebahagian. Berat. Apalagi Revano Pramudya Aksara adalah incaran...