Bagian || 34

48.8K 4.3K 73
                                    

Hai.

Jangan lupa ramaikan yaa, vote dan komen gais ⭐.

Okee.

Sungja.

================================

Happy Reading 📖

"Pipi mas kenapa?"

Akhirnya Neira memutuskan untuk bertanya, karena mulutnya sudah gatal sedari tadi. Dia sudah menahannya sejak Revan masuk ke kamarnya tepat ketika makan malam diantar.

"Kenapa dengan pipiku?" Revan kembali bertanya, sambil menyuapkan satu sendok bubur ke Neira.

Neira mengunyah bubur itu dan kembali memperhatikan Revan yang sekarang menyuapkan satu sendok bubur ke Ares. Ares duduk tenang di sebelahnya, bersender pada bantal yang sama dengan Neira. Di tangan anak itu, ada mainan pesawat yang baru di beli Revan.

"Sepertinya membiru." Neira menebak, pasti itu karena opa suaminya. Membuat Neira merenggut kesal pada dirinya sendiri.

"Ah, ini karena urusan laki-laki. Kamu tidak perlu cemas."

"Aku gak cemas. Cuman penasaran."

Revan mengangkat bahunya acuh. Dalam hati dia bersorak ria karena Neira mau menjawab pertanyaannya.

"Papaa aa." Ares membuka mulutnya menunggu papanya memberinya makan lagi. Revan sengaja ingin menggoda anaknya, jadi ia memperlambat gerakannya.

"Auuu aaa, ess pel." Neira diam-diam tersenyum gemas mendengar anaknya protes, katanya mau aaa Ares laper.

Neira menggodanya dengan mencium pipi bayi itu lama, higga Ares jadi risih dan merengek. "Akan pel."

"Jangan nangis dong, kan mama mau cium Ares dulu. Harus sabar nanti gak papa suapin lagi nih kalau nangis," ujar Revan sambil mengelap sudut bibir Ares yang ada bekas bubur.

Ares langsung menurut saja. Kalau papanya sudah mulai tegas Ares otomatis jadi diam. "Bagus, pinter anak papa." Revan mengelus pipi anaknya.

"Oh ya, lusa kamu sama Ares udah boleh pulang. Kamu bisa kabarin ke temen kamu, Dena." Neira mengangguk, kelihatannya Dena akan membahas Flaya. Karena Neira lihat Flaya sudah keluar dari grup obrolan mereka, tanpa mengatakan apapun.

Revan mengambil tangan Neira yang sedang mengelus paha anaknya, dia ikut mengelus punggu tangan Neira seolah menyuruh Neira tidak perlu khawatir.

Neira juga inginnya begitu, andai semua tidak rumit.

👶👶👶

Dena mengunjungi Neira setelah wanita itu keluar dari rumah sakit dua hari yang lalu. Dia benar-benar belum tahu bagaimana keadaan pasti wanita itu, tapi satu yang Dena tahu. Flaya tega mengkhianati persabatan mereka karena orang lain.

Flaya sudah menceritakan semua padanya. Saat di mana perempuan itu keluar dari grup chat mereka, Dena langsung mencoba menghubungi Flaya dan mengunjungi rumah perempuan itu.

Flaya bilang, dia sudah jahat pada Neira. Sebenarnya tidak sedikit pun dia membenci Neira, namun karena ancaman dari Opa Reno dan sedikit iming-iming akan diberi kemudahan dalam hal apapun akhirnya Flaya luluh juga.

PARENTS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang