Hai. Apa kabar?
Hari ini Sowon ulang tahun yeay. Happy Birthday Mak, semoga sukses dan harapannya terkabul, member lain dan kita juga. Aamiin. Akhirnya lengkap sudah ultah member tahun ini.
Ramaikan yaw.
Okee.
Sungja.
================================
Happy Reading 📖
Zug, Switzerland.
"Ares, adiknya jangan digangguin sayang," tegur Neira, memegang tangan Ares yang sibuk menepuk pipi Arlova. Bayi perempuan itu baru saja terlelap sepuluh menit yang lalu, dan sekarang merengek kecil dalam tidurnya akibat ulah tangan mungil Ares.
Dilarang seperti itu, membuat bibir kecil Ares melengkung ke bawah, siap menangis. Sebuah alarm bahaya untuk Neira karena begitu Ares menangis pasti Arlova akan terbangun. Tidak mau membuat kedua anaknya menangis, Neira akhirnya meminta maaf dan merayu Ares agar tidak menangis.
"Papa." Ares menunjuk ke arah pintu, mengajak keluar kamar untuk menemui papanya. Dia masih merajuk pada Neira. Tidak tega dengan Ares yang menahan tangis sampai sesenggukan, Neira memutuskan mencari keberadaan suaminya. Sebelum itu, tidak lupa memindahkan putri kecilnya ke dalam baby box.
Tebakan Neira tepat, Revan sedang berada di ruang kerjanya, ah lebih tepatnya balkon yang ada di ruang kerja pria itu. Duduk dengan laptop di pangkuannya sambil menyesap kopi hitam dan tangan lainnya menyangga ponsel, mengangkat panggilan dari seseorang. Dahinya berkerut, pasti lawan bicaranya melaporkan sesuatu yang mengusiknya.
Neira jadi sedikit murung karena berpikir Revan harus pulang ke Jakarta lagi. Semenjak hamil Arlova, Neira memang lebih manja. Dia terang-terangan menunjukkan hal itu pada Revan. Setelah sebulan lebih melahirkan ternyata sifat manjanya belum juga hilang, meski tidak separah sebelumnya.
"Kamu mau pulang ke Jakarta lagi?" Masih sambil berjalan, Neira mengutarakan kerisauannya. Revan yang baru saja menutup telepon, menengok ke sumber suara.
"Pa, papa!" Ares ikut meminta perhatian.
Begitu Neira sudah duduk di sebelahnya, Revan langsung mengangkat Ares ke pangkuannya, menggantikan posisi laptop yang sekarang dianggurkan. "Ma, omel Les," adu Ares yang menyenderkan pipi di bahu sang papa. Tempat ternyaman milik anak itu.
Mendengar laporan dari anaknya, Revan mencoba meminta penjelasan ke perempuan yang belum lama ini melahirkan anak untuknya lagi. "Aku enggak marahin, Mas. Cuma negur Ares, itu juga pelan-"
"-dan kenapa Ares ditegur?"
"Karena Ares mau main sama Arlova. Arlovanya baru tidur, Mas. Kasian kalau bangun," jelas Neira. Revan mengangguk paham dan atensinya fokus pada Ares yang masih betah dipelukannya.
"Ares, dengar papa," pinta Revan, sedikit menarik Ares dari pelukannya. Belum sempat Revan bersuara, Ares sudah menjatuhkan air matanya. Dia tidak meraung, hanya menangis dalam diam. Bukannya menghapus air mata anaknya, Revan malah tersenyum seraya terkekeh kecil sedangkan Neira menggelengkan kepalanya melihat tingkah anak laki-lakinya itu.
Mata bulat Ares mengerjap-ngerjap lucu. Merasa gemas, Revan mengecupi pipi tembam Ares. Revan senang Ares semakin berisi. Hasil kontrolnya juga bagus. "Mama bukan marahin kamu, sayang. Mama larang bukan berarti Ares diomelin."
"Coba kalau Ares lagi tidur terus digangguin sama mama. Ares nangis gak?"
"Angis. Antuk asih."
"Ares sedih gak kalau adik masih ngantuk terus nangis karena digangguin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PARENTS [END]
Romance[FOLLOW AKU GUYS BIAR RAME. MAACIW] Kata siapa menikah sama orang kaya hidupnya pasti enak terus, kata siapa banyak uang pasti selalu bahagia. Hidup Neira Asyira tidak melulu dihampiri kebahagian. Berat. Apalagi Revano Pramudya Aksara adalah incaran...