Bagian || 37

50.2K 4.6K 75
                                    

Hai.

Jangan lupa ramaikan ya gais. Vote dan komen ⭐.

Okee.

Sungja.

================================

Happy Reading 📖

Ketukan pintu berhasil mengusik tidur Neira yang nyenyak. Dia melenguh sambil meregangkan otot-ototnya. Membuka mata perlahan lalu ia menggaruk alisnya yang sedikit gatal sambil mengedarkan pandangan ke sekitar kamar.

Sepi.

Itu artinya Revan dan Ares sudah bangun. Neira menghela napas, lagi-lagi dia bangun kesiangan. Padahal malamnya, Neira sudah berniat bangun pagi hari ini.

Suara ketukan pintu kembali membuyarkan pikiran Neira. Ia mulai bangkit dan duduk di pinggir ranjang untuk mengumpulkan nyawa. Setalah dirasa kakinya sudah siap menapak, Neira akhirnya berjalan untuk membuka pintu kamarnya.

"Maaf Non Neira bibi mengganggu tidur, Non." Suara Bi Asri mengalun ke telinga Neira. Dengan tidak enak hati, Neira balas tersenyum dan menanyakan maksud kedatangan Bi Asri.

"Den Revan menyuruh Non Neira untuk menyusul ke kolam renang, Non."

"Baik, Bi. Terima kasih ya, Bi," jawab Neira.

Sepertinya dia harus menunda mandi, Neira memutuskan untuk mencuci muka dan mengganti pakaian saja. Pilihannya jatuh pada kaus berwarna hitam dan celana legging berwarna hitam pula.

Bisa ditebak oleh Neira, Revan pasti akan mengajak Neira berolahraga pagi. Tenang, memang masih pagi kok. Masih jam setengah delapan.

Setelah di rasa cukup siap, Neira menyusul Revan dan Ares yang sudah berada di kolam renang.

Revan yang sedang mengawasi Ares yang berenang menggunakan ban renang mobil polisinya tersenyum kecil ketika melihat Neira yang sedang melangkah menujunya.

Ia menggendong Ares dan keluar dari kolam renang untuk menghampiri Neira.

"Kebiasaan," ujar Revan yang dibalas cengiran Neira. Perempuan itu mengecup tangan Ares karena tampaknya anak itu tidak ingin lepas dari papanya.

"Maaf, Mas. Jadi, mas mau ngapain suruh aku ke sini?"

"Gak usah pura-pura enggak tahu kamu."

"Aku beneran enggak tahu, Mas," aku Neira. Revan tentu tidak termakan tipuan istrinya, dia menyentil kening Neira sebagai hukuman.

"Sakit, Mas!"

"Ayo sekarang pemanasan dulu. Kita berenang."

Neira mulai pemanasan, ia mengikuti Revan yang memberi arahan sambil masih menggendong Ares. Sesekali Neira dimarahi karena gerakannya terlihat malas-malasan.

Ares yang tahu mamanya dimarahi membela Neira, bayi laki-laki itu menepuk pipi Revan sebagai balasannya.

"Mamamu yang salah, Ares," tegur Revan sambil menurunkan tangan mungil itu.

"Nda, papa nda oleh mel ma," kata Ares dengan mata bulatnya yang menatap Revan, lucu sekali.

"Makasih, Sayang," ucap Neira sambil mengelus rambut Ares.

Revan menurunkan Ares ke rumput. Ares yang diturunkan, mendongakkan kepalanya melihat Revan yang menghampiri Neira.

Pria itu tadinya ingin membetulkan posisi tangan Neira, tapi tangannya gatal ingin mendekap Neira. Ya, akhirnya Revan malah memeluk Neira dari belakang dan menumpukan dagunya di bahu wanita itu.

PARENTS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang