EPILOG

89K 5.3K 89
                                    

"Apa-apaan ini, Asyira!"

Suara Revan yang meninggi membuat Neira tersentak kaget. Ia sedang berada di halaman belakang villa tempat mereka menginap di Bali. Revan, Neira dan kedua anak mereka sedang liburan di sana, lebih tepatnya babymoon rasa liburan keluarga.

Bisa ditebak ini ide dari siapa? Ya, siapa lagi kalau bukan Mama Risa. Awalnya hanya Revan dan Neira yang disuruh berangkat, tapi karena Neira tidak tega melihat Ares yang tampak sangat sedih karena ditinggal membuat perempuan itu membujuk mamanya agar bisa membawa Ares dan Arlova. Kalau Revan sih sudah tidak perlu ditanyakan lagi, dia berdecak kesal karena dipaksa mamanya.

Bukan berarti dia tidak senang liburan bersama keluarganya, tapi Revan memiliki niatan tersendiri, dan lagi, pekerjaannya masih cukup banyak yang harus diurus dalam waktu dekat ini.

Neira sedang ingin berenang, karena cuaca sore ini sangat pas untuk berlama-lama bermain di air. Kebetulan, Ares dan Arlova masih terlelap dan Neira paham kalau anaknya pasti tidak akan terbangun dalam satu jam ke depan.

"Kenapa sih, Mas? Kok kamu marah-marah?" tanya Neira dengan raut bingungnya.

"Kamu pikir apa yang kamu lakukan, hah?!"

"Aku cuman mau berenang sebentar," cicit Neira dengan bergetar.

"Masuk!" ujar Revan dengan suara dingin dan tidak lupa wajah datarnya yang terlihat menahan amarah. Tapi kenapa pria itu marah?

"Aku mau berenang," sahut Neira pelan sambil menundukkan kepala dan menghapus air matanya.

"Masuk, Asyira!" Revan tidak mengalihkan pandangan dari Neira sedikit pun. Sambil menunggu istrinya berjalan menghampirinya, Revan berusaha mengendalikan emosinya.

Begitu Neira sudah berada di dekatnya, Revan langsung menarik tangan perempuan itu ke dalam kamar utama. Anak mereka berada di kamar lain jadi Revan leluasa untuk melampiaskan ketidaksukaannya.

"Tahu apa kesalahan yang sudah kamu perbuat?"

Neira menggeleng pelan, dia merasa tidak melakukan sesuatu yang salah. Tidak membahayakan calon anak mereka juga.

"Lihat dirimu, apa yang kamu kenakan, hah?! Kamu tidak menggunakan pikiranmu?" geram Revan.

"Jangan teriak, aku takut," isak Neira, tangannya jadi bergetar hebat. Mungkin menurut orang lain, reaksinya yang seperti ini terlalu mengada-ada. Tapi, ini bukan kemauan Neira yang semenjak hamil akan bereaksi berlebihan begini ketika mendengar suara bentakan.

Revan menghembuskan napas kasar dan meremas rambutnya frustasi. Dia marah karena lepas kendali membentak Neira. Padahal dia sendiri tahu kalau istrinya sedang sangat amat sensitif.

"Aku marah, Asyira." Revan masih mempertahankan suara rendahnya. Dia mendekati Neira dan membawanya untuk duduk di ranjang, sementara dia berdiri di depan wanita itu.

"Kamu mau berenang, iya?" tanya Revan. Neira mengangguk perlahan, dia sama sekali tidak berani melihat wajah suaminya yang sedang dalam mode serigala ini.

"Harus dengan pakaian begitu?"

Neira yang tidak kunjung menjawab membuat emosi Revan sedikit terpancing. Pria itu juga ikut sensitif sepertinya.

"Really Asyira, aku sunggu tidak masalah jika kamu mau berenang, mau bermain air, terserah," tekan Revan dengan sedikit geraman. "Tapi apa harus dengan pakaian seperti itu, hah? Ini bukan rumah kita, dan kamu melakukannya tanpa izin padaku."

Neira tidak mengerti kenapa suaminya semarah ini. Tempat mereka menginap cukup private, tidak ada yang bisa melihat jika ia ingin berenang atau hanya sekedar menikmati senja.

PARENTS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang