Bagian || 4

93.8K 8.4K 73
                                    

Jangan lupa vote dan komen yaa. Kalau ada typo tolong bantu tandakan.

Happy Reading 📖

Neira itu anak yatim piatu. Dia tidak pernah sekalipun merasakan dekapan atau kecupan hangat dari kedua orangtuanya. Selama ini dia tinggal di panti asuhan.

Bunda Duri adalah orang yang mengurus Neira di sana. Orang - orang pasti tidak paham bagaimana rasa sepi, sedih, kecewa, dan sakit hati yang Neira rasakan saat tahu kisahnya semasa baru ditemukan di tempat sampah.

Bukan di atas tumpukan sampah busuk, tapi sengaja ditimbun. Neira tidak tahu alasan dibalik itu semua.

Orangtua?

Apa sih orangtua itu, Neira tidak mengenal apa itu? Apa sih artinya. Kalau orang bilang setiap orangtua pasti menyayangi anaknya. Neira ragu akan hal itu. Ada juga yang bilang orangtua punya cara masing - masing dalam mencintai anaknya. Neira tertawa jika mendengar hal itu.

Ah, mungkin Neira hanya tidak berusaha mencari tahu atau Neira yang kurang bersyukur, atau orangtua Neira yang tidak punya hati. Entahlah. Namun, bagi Neira setidaknya sampai saat ini, ia tidak percaya setiap orangtua mencintai anaknya, ia juga takut akan mengecewakan anaknya nantinya.

Ares. Dia salah satu korban juga bukan. Karena itu Neira takut melukai Ares. Perempuan bermata bulat itu paham bagaimana rasa sakit di dada Ares jika hal itu terjadi.

Beruntung sekali dia mempunyai Bunda Duri, mama dan papa mertuanya yang bisa memberikan gambaran bagimana mengasihi seorang anak.

Seperti saat ini, mama dan papa menyambut kedatangan Neira dan Revan di depan teras rumah. Neira yang melihat itu tersenyum hatinya seperti tersiram kehangatan yang luar biasa menenangkan.

"Turun," perintah Revan. Neira yang mendengar itu mendelik.

Tanpa membalas, perempuan yang sedang menggendong Ares itu membuka pintu mobil. Ini seperti saat maju presentasi untuk mata kuliah yang diampu dosen killer. Neira mau pingsan.

Melihat Neira yang berubah pucat, Revan berinisiatif menggandeng tangan Neira. Mereka berjalan menuju orangtua Revan yang sedang menatap heran ke arah mereka.

"Aduh, hai sayangnya mama. Itu siapa yang digendong istri kamu, Van?," tanya mama penasaran.

"Sabar dulu atuh, Mah. Ini anak kamu baru nyampe," tegur papa pada istrinya.

"Nanti Vano jelasin, Mah, Pah. Bisa sekarang masuk dulu?" Revan memang dipanggil Vano oleh kedua orangtuanya. Khusus hanya kedua orangtuanya yang boleh. Siapa lagi yang melarang jika bukan mamanya.

"Oh, tentung, Sayang. Yuk, Neira menantu kesayangan mama. Hari ini mama masak banyak loh khusus buat kamu," ujar mama yang merangkul Neira sambil mengintip bayi digendongan Neira yang tertidur.

Mereka mulai menikmati makan malam. Tadi Bibi di rumah orangtua Revan sempat membuat bubur untuk Ares atas perinta Mama Revan.

Sekarang Neira yang duduk di samping suaminya sedang menyuapi Ares yang aktif bersuara yang mengundang tawa keluarga itu.

"Vano, itu gantian suapin Ares. Istri kamu belum makan loh," tegur mama pada anaknya yang sudah menghabiskan makanannya sekarang malah mengecek email pekerjaannya.

"Gapapa, Mah. Ini dikit lagi juga mau habis kok. Lagian aku juga belum laper, Mah," kata Neira.

"Aduh, Revan istri kamu diperhatiin dong. Kamu jangan sibuk kerja terus. Temenin istri kamu. Mama juga pengen cepet dapet cucu."

Neira hanya tersenyum mendengarnya, biar Revan yang menghadapi permintaan mamanya untuk kesekian kalinya.

"Mah, Vano udah bilang 'kan belum mau punya anak. Vano kerja juga buat dia kok," balas Vano datar.

PARENTS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang