Bagian || 12

67.8K 6.7K 91
                                    

Hallo.

Pa kabs kalian?

Sung ja yuk vote komen gais.

Happy Reading 📖

Tidur Revan sedikit terusik karena Ares yang pagi ini tidur dalam pelukannya mulai menggeliat. Akhirnya papa muda itu memilih membuka mata untuk menenangkan Ares dengan memberi usapan pada punggung mungilnya.

Apa Revan dan Neira sudah memberitahu kata pertama yang diucapkan Ares sebulan yang lalu?

Ares mengatakan 'papa' sebagai kata pertama yang diucapkanya. Mengingat hal itu, rasanya Revan masih merasa terharu.

Revan sampai terpaku saat itu. Neira bahkan cemburu karena bukan kata 'mama' yang diucapkan Ares, padahal Neira lebih banyak menghabiskan waktu bersama bayi menggemaskan itu dibandingkan Revan. Tapi, lihatlah Ares yang tampak sangat memuja papanya itu.

Revan memberikan kecupan kecil di pelipis putranya beberapa kali lalu mengelus telinga Ares sambil memikirkan sesuatu.

"Mas, sudah bangun?"

"Hm."

Neira mengintip sekilas ke arah Ares. Beruntung anaknya itu belum bangun sehingga Neira bisa santai sebentar.

"Aku udah siapin air hangat buat mas mandi, kalau mau mandi sekarang Aresnya biar aku bawa ke tempat tidurnya aja," ucap Neira yang baru selesai mandi.

Revan bangun perlahan agar Ares yang merebahkan kepalanya di dada Revan tidak terbangun.

"Gak perlu di pindahin. Biarkan saja Ares tidur di sini," sahut Revan sambil menerima handuk yang diulurkan Neira.

"Ohh, oke. Kalau gitu aku bantu bibi siapin sarapan dulu ya, Mas."

"Ya, silahkan." Revan menatap Neira yang hampir berbalik.

"Tunggu." Neira kembali menghadap ke arah Revan yang mengamatinya serius.

Revan menunduk memeriksa lutut Neira, "Ini kenapa? Siapa yang buat memar lutut kamu?"

Neira gelagapan, ia lupa sekarang tidak memakai celana panjang malah memakai celana pendek. Kemarin, Neira bisa bernafas lega karena Revan tidak menyadari lututnya yang memar. Revan langsung membersihkan diri dan memeluk Ares sampai tertidur.

"Jatuh di swalayan kemarin," jawab Neira. Sayang sekali, Neira tidak pandai berbohong, ah tidak apa Revan yang mudah mengetahui gelagat Neira jika berbohong.

"Aku gak apa-apa. Orangnya gak sengaja nabrak aku dan akunya juga yang gak hati-hati," jelas Neira, melihat Revan yang begitu mengintimidasinya membuat Neira tidak sanggup menyembunyikan fakta, meski Neira tidak tahu motif pelaku sebenarnya itu apa, sengaja atau tidak sengaja.

Revan tidak membiarkan hal ini lolos tentu saja, nanti ia akan menugaskan orang kepercayaannya mencari tahu hal ini.

"Jangan terluka," kata Revan menatap Neira serius.

"Demi Ares," lanjut suami Neira itu.

Yang diucapkan Revan memang tidak salah, dan Neira tidak boleh marah hanya karena mendengar alasannya yang tidak boleh terluka.

Tapi, apa tidak boleh Neira berharap Revan mengatakan demi dirinya dan Ares. Salahkah?

"Iya. Aku berharap anak aku juga bisa baik-baik aja," ujar Neira, menatap Ares sendu.

"Anak kita, Neira. Aku pastikan kalian akan baik-baik aja." Revan mengambil sebelah tangan Neira dan mengelusnya lembut.

Hati Neira menghangat, ia merasa terlindungi. Sekarang ia tidak sendirian.

PARENTS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang