Bagian || 39

54.4K 4.4K 106
                                    

Hai.

Yuk, ramaikan gais. Vote dan komen yaw ⭐.

Okee.

Sungja.

================================

Happy Reading 📖

Lusa adalah hari dimana Revan, Neira dan Area akan meninggalkan rumah mereka. Revan berencana akan tetap mengajak Bi Asri karena beliau sudah sangat lama bekerja dengannya. Segala urusan yang berkaitan dengan Ares juga selalu dibantu oleh Bi Asri, dan kebetulan bibi setuju ikut mereka  setelah mempertimbangkan cukup lama.

Sementara itu, Bi Sari akan tetap di rumah ini. Nanti Revan akan menambah beberapa pekerja untuk membantu merawat rumah. Baik Bi Asri maupun Bi Sari sebenarnya sedih akan berpisah sementara, tapi biar bagaimana pun, mereka juga ingin majikan mereka aman.

"Tadi temanmu jadi ke sini?" tanya Revan yang baru bergabung dengan Neira di ranjang. Dia baru pulang karena masih ada urusan pekerjaan yang harus diselesaikan.

Selama Revan menyesuaikan diri di Switzerland, Varo dan Papa Vian bersedia meng-handle pekerjaan Revan dan akan menggantikan pria itu bila masih bisa diwakili.

"Jadi dong, Mas." Neira menjawab dengan semangat, padahal sekarang sudah pukul satu malam. "Tadi kami nangis," sambungnya.

"Oh ya?" Neira mengangguk lesu, dia memberanikan diri merebahkan kepalanya di atas lengan Revan yang tampak menggoda.

"Iya, Mas. Katanya dia, kalau bisa nanti mau berkunjung ke rumah kita di sana. Boleh, kan?" Neira mendongak untuk melihat reaksi Revan.

"Ya."

Meski pun masa lalunya di sini cukup berat, banyak kenangan buruk yang dia alami. Tapi, Neira tetap merasa sedih karena harus meninggalkan tempat tinggalnya. Apalagi orang yang ia sayangi juga berada di sini.

Di sisi lain, dia tidak mau menyusahkan Revan terus-menerus atau dia akan terus merasa dirinya adalah beban untuk suaminya. Bagaimana tidak, Revan pasti akan terus mengupayakan agar opanya tidak mengusik Neira dan itu menghabiskan banyak waktu serta pikiran lelaki itu. Lantas kapan Revan bisa beristirahat?

Neira sibuk menceritakan apa yang dilakukannya seharian tadi. Revan hanya menyahuti dengan gumaman saja karena dirinya sudah cukup mengantuk tapi tangannya bergerak mengelus tangan Neira.

"Mas ada yang mau diceritain?" Merasa suaminya tidak terdengar suaranya, Neira kembali mendongakkan kepalanya.

"Mas tidur?" Neira terkekeh kecil, matanya mengamati wajah tampan Revan. Biar pun mulutnya sedikit terbuka tetapi tetap mampu membuat siapa saja yang melihatnya terpesona.

Neira memberanikan diri mengecup rahang suaminya. Neira termasuk beruntung karena memiliki Revan di sisinya.

"Good night, Mas."

👶👶👶

Seorang laki-laki paruh baya tersenyum miring mendengar laporan dari seorang tangan kanan-nya.

"Jadi mereka sedang mempersiapkan kepindahan mereka?"

"Benar, Tuan."

"Kamu tahu apa yang harus dilakukan bukan?"

"Ya, Tuan. Menggagalkan keberangkatan Pak Revan."

"Bagus. Siapkan pasukan, kita akan menghalangi mereka ke bandara."

PARENTS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang