Bagian || 31

48.8K 4.6K 95
                                    

Hai.

Aku double update hihi, masih bisa dibilang gitu kan ya? Bisa aja lah yaa hehe.

Gais, serius cobaan Neira udahan kok abis ini, paling ya bumbu-bumbu sembari menyelesaikan konflik jeu ✌🏻😅. Cerita ini bisa jadi gak lebih dari 40 part, sepertinya.

Yuk ramaikan gais hihi. Vote dan komen yaw ⭐.

Okee.

Sungja.

================================

Happy Reading 📖

Revan sedang rapat saat tiba-tiba Tion memasuki ruangan dengan ekspresi panik yang tersembunyi.

"Ada apa?" Revan terpaksa menghentikan rapat karena sepertinya Tion membawa informasi penting untuknya.

"Ada yang ingin saya sampaikan," jawab Tion. Revan mengangguk paham, ia mengakhiri rapat secara sepihak dan mulai meninggalkan ruangan diikuti dengan Tion.

"Katakan."

Tion yang berdiri di hadapan Revan yang sudah duduk di kursinya menjawab cepat, "Nyonya Rosaline mengunjungi kediaman Anda. Beliau sudah sampai dari jam makan siang tadi."

Revan menggebrak mejanya, "Sial, kau Tion. Kenapa baru bilang." Tanpa basi-basi lagi, Revan meninggalkan ruangan diikuti dengan Tion.

Dia khawatir oma melakukan sesuatu yang buruk karena bagaimana pun, oma jelas ada hubungan dengn Opa Reno. Revan yakin pasti istrinya akan menerima oma masuk ke rumah mereka karena sialnya oma mampu menjerat hati istrinya saat pertemuan keluarga saat itu.

Begitu sampai di depan pagar rumahnya, Revan melihat mobil Opa Reno di kejauhan sana. Hal itu membuat Revan mengumpat, "Neira harus baik-baik saja."

Mempercepat langkahnya, ia berlari ke halaman samping kiri begitu tahu mereka ada di sana.

Dari kejauhan, Revan bisa mendengar keramaian. Rasa takut menggerogotinya. Dugaannya tepat, semua tidak baik-baik saja.

Napasnya tercekat ketika melihat istrinya yang terjatuh dan Ares yang terguling dari tangga kecil.

Di detik itu.

Untuk pertama kalinya.

Revan merasa tidak tahu harus berbuat apa. Pikirannya kosong, bahkan untuk bernapas saja ia merasa sesak.

Ketika ia berteriak memanggil nama istrinya tadi dan saat ia sudah berada di dekat istrinya, ia seperti orang yang tidak punya arah tujuan. Tangannya gemetar mengelus pipi Neira, dan perlahan turun menyentuh perut istrinya.

Berharap kehidupan di sana bisa bertahan. Mereka belum bertemu, Revan belum tahu apa jenis kelaminnya, bagaimana rupa anaknya. Jelas, Revan tidak mengizinkan anaknya pergi. Ia tidak boleh pergi.

Tapi apa perizinannya penting?

Revan mengangkat kepalanya ketika mendengar suara Tion memanggilnya. "Ares," lirih Revan.

"Tolong bawa Ares," sambungnya dengan satu tetes air mata yang tak disadari kehadirannya. Tion ikut tercekat begitu melihat bosnya seperti orang yang linglung. Sekaligus, dia juga nerasa bersalah karena tidak bisa membantu melindungi istri dan anak bosnya.

Kehadiran oma dan tangisnya, tidak Revan sadari sama sekali. Ia seakan lupa, karena yang terpenting saat ini adalah menyelamatkan apa yang bisa ia selamatkan.

👶👶👶

Revan tahu untuk urusan kematian jelas perizinannya tidak penting.

PARENTS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang