Hai.
Jangan lupa ramaikan part ini yaa.
Vote dan komen gais ⭐.
Okee.
Sungja.
================================Happy Reading 📖
Malam ini Revan mengajak Neira pergi ke apartemennya, hanya berdua saja. Pria itu ingin berbicara serius dengan Neira, sebisa mungkin membuat Neira jujur mengenai apa yang perempuan itu takuti, rasakan, dan pikirkan.
Revan butuh itu, untuk membuat segalanya lebih lancar. Kalau pun Neira akan mempertanyakan mengenai perasaannya, dia juga akan jawab secara tegas. Meski sebenarnya menurut Revan sendiri, harusnya Neira bisa merasakan bagaimana perasaannya terhadap wanita itu. Tanpa perlu diungkapkan dengan kata-kata.
Apartemen Revan ini sudah lama tidak ia tinggali, karena setelah menikah Revan langsung menempati rumahnya bersama Neira.
Ini kali pertama Neira menginjakkan kaki di apartemen suaminya. Seperti yang ia perkirakan, sangat luas dan kelihatan mewah. Neira pikir Revan tidak menyukai musik tapi ternyata dia punya piano di sini.
"Aku baru tahu," ujar Neira.
Revan menghampiri Neira yang berada di ruang dekat dapurnya. Di apartemennya memang tidak ada sekat yang memisahkan antara ruang santai dan dapur.
"Apa?" sahut Revan.
"Ini, piano," jawab Neira, menunjuk piano di depannya. "Kamu suka main piano?"
"Hm, dulu."
Neira membulatkan bibirnya tanda ber'oh' ria. "Mainkan satu lagu untukku, boleh?" pintanya penuh harap.
"Kamu saja yang main. Kamu juga bisa," elak Revan ringan. Dia menarik Neira agar duduk dan memainkan piano itu dengan jari-jarinya yang tergolong mungil.
Revan tahu istrinya itu cukup bersahabat dengan piano. Saat SMA, Neira memang kerap ke ruang musik untuk sekedar memainkan sebuah lagu yang bisa menenangkan pikirannya. Rasanya luar biasa melegakan.
Neira menatap Revan ragu, sudah lama tidak menyentuh tuts piano membuat jari-jarinya kaku. Melihat Neira yang sedikit gemetar, Revan berinisiatif menggenggam tangannya. "Kenapa?"
"Aku--takut. Katanya kalau aku nyentuh ini bisa rusak," jelas Neira.
"Omong kosong. Jangan diingat, tidak yang seperti itu lagi. Kamu berhak atas segalanya," ujar Revan dingin. Revan tahu apa maksud Neira.
"Rileks, Neira." Perkataan Revan memberi Neira keyakinan. Ia mencoba menghembuskan napas pelan, menguraikan perasaannya yang kalut.
Melodi itu mulai terdengar, begitu indah, tenang, dan mampu membuat siapa saja yang mendengar bisa merasakan pesan yang disampaikan oleh orang yang menciptakan melodi itu.
Jari Neira berhenti, tanda satu lagu yang ia mainkan telah usai. Ia tersenyum, rindu sekali melakukan ini.
"Good job, my wife," puji Revan, memberi hadiah kecil berupa kecupan di kening Neira.
Neira terharu, baru kali ini ada yang memuji penampilannya. "Makasih, Mas. Aku kangen banget main ini," ujarnya.
Revan tersenyum, "Mainkan sesukamu." Neira menggeleng, "Aku hanya bisa beberapa lagu. Gak seperti yang kamu kira."
"Nanti juga bisa."
"Gantian mas dong sekarang," bujuk Neira semangat.
"Nanti, ada saatnya aku menunjukkannya."

KAMU SEDANG MEMBACA
PARENTS [END]
Romance[FOLLOW AKU GUYS BIAR RAME. MAACIW] Kata siapa menikah sama orang kaya hidupnya pasti enak terus, kata siapa banyak uang pasti selalu bahagia. Hidup Neira Asyira tidak melulu dihampiri kebahagian. Berat. Apalagi Revano Pramudya Aksara adalah incaran...