2. Nadila Syakira

4.3K 354 94
                                    

“Kekurangan bukan halangan.

🍊🍊🍊

🍊🍊🍊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2. NADILA SYAKIRA

Sisir itu sibuk memasukki celah-celah rambut Nadila. Rambut yang lurus dan hitam pekat membuatnya nampak cantik, anggun. Kemudian Nadila mengikatnya dengan seutas pita rambut. Kali ini Nadila bisa tersenyum ketika melihat sebuah pantulan bayangannya di cermin. Seragam SMA Astrantia berhasil dipakainya, terlihat sangat membanggakan. Kini Nadila bersyukur masuk sekolah yang juga menjadi impiannya.

Gadis itupun memakai tas yang dibelikan ayahnya kemarin. Tas dan sepatunya berwarna putih. Sangat cocok dengan almamater hitam dan rok kotak-kotaknya.

Setelah semua dirasa siap, Nadila pun turun ke bawah untuk sarapan bersama keluarga kecilnya termasuk Nabila yang kini tidak bisa masuk sekolah sebab kakinya cedera.

“Selamat pagi Nabila, Ayah, Bun—” Nadila menghentikan ucapannya sebab Tina menatap sinis Nadila.

Nabila memperhatikan dari atas hingga bawah. “Wah, lo cantik banget!” seru Nabila.

“Iyalah, orang dia satu cetakan sama kamu,” celetuk ayahnya membuat Nabila maupun Nadila tersenyum hingga tertawa kecil.

“Duduk!” titah Tina. “Lama banget sih dandan gitu doang juga.”

Nadila tertunduk dan takut. Ia selalu saja salah di mata bundanya. Mau datang awal atau telat, tetap saja Nadila adalah anak yang salah. Setelah Nadila duduk, bundanya memberi masing-masing nasi ke piring suaminya dan Nabila terkecuali Nadila, tapi tak apa itu bukan masalah yang harus dibesar-besarkan.

“Ayah antar, ya?” tanya Rizal.

Nadila tersenyum dan mengangguk senang, tapi setelahnya Tina menyela.

“Gak bisa! Antar Bunda ke mall, ya? Soalnya kebutuhan udah banyak yang habis.”

“Setelah antar Dila kan bisa, Tin.”

“Saya harus buru-buru pulang dan gak bisa tinggalin Bila sendirian di rumah.”

Nadila menunduk. Sebenarnya ia takut jika harus berangkat sendirian ke sekolah. Namun menghindari dimarahi habis-habisan oleh bundanya, Nadila memilih mengalah.

Nadila menatap Rizal. “Yah, gak apa-apa. Dila bisa sendiri.”

“Dil, tapi Ayah gak bisa biarin kamu sendirian ke sekolah,” jawabnya.

MENDUNG [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang