56. Suka Duka

1.6K 141 41
                                    

"Dunia seram, ya? Baik ke semua orang dibilang ngebaperin."

🍊🍊🍊

🍊🍊🍊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

56. SUKA DUKA

Nadila menyimpan garpu dan sendoknya sebelum berbicara dengan Rizal. Ia sedikit ragu untuk membicarakan ini sesudah makan. Pria itu juga masih sibuk menyantap makanan yang ada di meja membuat Nadila tidak enak. Namun ayahnya itu harus diberitahu agar Nabila dapat keadilan.

"Yah?"

"Hm."

"Ayah malam ini sama Nabila, ya?" pinta Nadila.

Rizal sontak menghentikan kegiatannya sebentar untuk melihat anaknya. "Dila kangen sama Bila, ya?" tanyanya.

"Bukan gitu. Maksud Dila, Ayah seharusnya adil untuk anak-anak Ayah. Bukan cuma Dila yang harus Ayah perhatiin, tapi juga Nabila."

Rizal tersenyum. "Ayah sayang sama anak-anak Ayah, tapi Ayah gak bisa sayang. Ayah gak bisa tinggal sama Bunda lagi."

"Kenapa?" tanya Nadila.

"Karena sudah jatuh talak. Bunda sama Ayah juga sepakat untuk datang ke sidang nanti."

Nadila menunduk malu. Padahal ia hanyalah anak angkat, tapi berdampak buruk untuk keluarga orang lain.

"Maafin Dila," lirih Nadila seraya menjatuhkan air matanya. "Seharusnya Dila yang pergi, bukan Bunda."

Nadila sangat sedih mengetahui ayah dan bundanya benar-benar akan berpisah setelah sekian lama. Namun Nadila selalu berpikir untuk pergi daripada menghancurkan rumah tangga orang tua angkatnya. Karena itu sangat memalukan.

Rizal pergi menghampiri Nadila di kursinya. "Udah, sayang. Ayah sama Bunda gak apa-apa, kok. Lagipula nanti Ayah akan memperjuangkan hak asuh Nabila supaya kita tetap sama-sama meskipun tanpa Bunda. Karena Ayah tahu, Bunda bukan ibu yang baik untuk kamu ataupun Nabila."

"Tapi Ayah sama Bunda saling mencintai, kan?" tanya Nadila.

Ayahnya sontak tersenyum. "Iya, tapi itu gak lebih besar dari cinta Ayah ke Nadila dan Nabila."

*****

Drrrttt

Ponselnya bergetar menandakan ada panggilan masuk. Nabila melihat siapa si penelpon itu, tapi dengan segera ia menutup layarnya ke meja. Ia sangat malas menanggapi orang itu. Terlebih lagi, fisika begitu rumit membuatnya tambah malas.

MENDUNG [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang