16. Doa

1.8K 206 34
                                    

“Meski cerah, bagiku setiap harinya adalah mendung.”

🍊🍊🍊

16. DOA

“—Jadi, apa Tante terima kalau saya lamar Nabila?”

Tina melirik ke arah gadis berusia enam belas tahun itu. Laki-laki memang harus berani, tapi jika masalah menikah bukankah itu terlalu berisiko? Belum lagi umur mereka sama dan apa mereka mau masa remajanya harus tersingkir secepat ini?

“Kalau Tante sih terserah Nabilanya aja.” Tina menggumam. “Tapi apa gak sebaiknya kalian pacaran dulu?”

Gadis yang sedang menjadi Nabila itu hanya diam. Dia tak ingin menjawab karena takut salah bicara. Lagipula Nadila hanya diseret masuk dalam masalah ini. Mana bisa dia ikut campur.

“Saya gak mau pacaran, Tante.” Raka menjawab seadanya.

“Bil?” tegur Tina yang tak mampu menjawab apa-apa. Wanita itu sebenarnya sangat merestui  jika Raka menjadi pendamping Nabila. Namun bukan sekarang waktunya.

Nadila menunduk malu. Raka memperhatikan gerak-gerik gadis itu. Biasanya dia langsung menjawab seperti mobil balap atau bahkan seperti roket yang baru lepas landas. Namun kenapa diam saja sekarang? Apa itu artinya dia mau?

“Aduh, sakit!” rintihnya sembari menjatuhkan gelas yang dipegangnya.

Suara pecahan gelas itu membuat Nadila, Raka, dan Tina lantas menengok ke sumbernya. Wanita yang sedang asyik makan itu secara tiba-tiba kesakitan dan memegang perutnya yang sakit.

Bukan hanya dia, tapi yang lain juga. Ketiganya sontak kebingungan atas peristiwa yang sedang berlangsung.

“Mereka kenapa?” tanya Tina. “Lho, Nabila!”

Raka yang sedang fokus melihat kekacauan yang ada refleks menoleh ke arah Nabila.

“Perut Dila sakit, Bun!” ucapnya.

“Dila? Jadi, kamu Nadila bukan Nabila?” tanya Tina.

Raka maupun Tina merasa kecewa atas pernyataan itu.

“Berarti dari tadi saya pegang-pegang kamu? Yang saya ajak bicara dari tadi itu kamu, hah?” tanya Tina dengan emosinya sementara Nadila mulai merasa pusing.

“Bun—?” panggil Nadila sembari menahan Tina pergi. “Memangnya apa bedanya Nadila sama Nabila?”

“Berapa kali saya harus jelasin ke kamu? Kamu sama Bila itu beda. Bila adalah anak saya, sedangkan kamu bukan!” bentak Tina sembari berlalu.

“Bun?????!” Nadila hendak mengejar Tina, tapi Raka menahannya.

“Dil,” ujar Raka.

Nadila menatap Raka dengan tatapan sendu hingga membuat Raka luluh dan kasihan. “Aku harus pulang sama Bunda!”

“Gua gak akan biarin lo kejar wanita itu!”

Nadila memegangi kepalanya yang sakit. “Kenapa kepala aku sakit banget?”

Setelahnya dia melihat Raka dengan tatapan kagum. Kemana abu-abu itu? Kenapa warna yang ia lihat berbeda dari sebelumnya? Namun hal itu tak berlangsung lama karena Nadila tak mampu menahan rasa pusingnya lagi.

*****

Nabila sedang melihat-lihat kosmetik terbaru yang ada di majalah. Sambil menyilangkan kaki, Nabila menyeruput jus orangenya dengan santai.

MENDUNG [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang