66. Nabila Syakilla

3.6K 221 58
                                    

“Langit selalu punya cara tersendiri untuk membendung tangisnya.”—Mendung

🍊🍊🍊🍊

🍊🍊🍊🍊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

66. NABILA SYAKILLA

Sudah lama sejak hari itu, bahkan sangat lama hingga sepertinya Raka bosan bertemu dengan hujan lagi. Padahal dulu ia sangat menyukai setiap tetesnya. Apalagi ketika ingat bahwa awan hitam itu menggambarkan betapa gelapnya penglihatan Nadila Syakira—gadis yang detik ini masih belum terlihat oleh mata Raka.

Tanggal tiga belas november bahkan sudah tiga kali mengisi hari. Yang itu artinya, ini sudah empat tahun lamanya.

Hari-hari Raka datar seperti biasanya. Tidak ada hal yang bisa ia lakukan selain belajar di kampus. Banyak gadis yang mendekati Raka, tapi sepertinya ia tidak tertarik pada mereka semua.

Raka tidak pernah menuntut untuk menjadi populer, tetapi semua tempat sepertinya menjadikannya begitu. Dan untung saja, sebentar lagi ia akan wisuda.

Matanya sibuk berkeliling mencari sebuah benda yang bisa melingkar di jari manis. Raka bingung karena dia belum pernah membeli barang seperti ini sebelumnya. Empat tahun lalu, Raka ingat bahwa cincin yang diberinya kepada Nadila terlihat indah walaupun hanya sejumput rerumputan liar yang ia modifikasi.

Apalagi jika cincin di atalase itu yang melingkar di tangan Nadila, pikir Raka.

Mata Raka memanah seketika melihat cincin dengan mata satu itu. Emas putihnya sangat cantik dan berkilauan.

“Boleh saya lihat cincin yang itu?” tanya Raka setelah sekitar lima menit melihat-lihat.

“Yang mana, Kak?” tanyanya.

“Itu,” tunjuk Raka.

Penjaga toko itupun mengambilkan cincin yang ditunjuk Raka. Dengan masih jatuh cinta pada kesederhanaannya, Raka melihat cincin itu dengan senyum yang mengembang. Ia akan mewujudkan janjinya kepada Nadila walaupun gadis itu tidak akan kembali. Namun Raka tidak pernah menganggap hubungannya dengan Nadila berakhir. Karena Raka belum mendengar kata perpisahan dari Nadila, sekalipun gadis itu mungkin sudah mengakhirinya.

“Saya beli yang ini,” ujar Raka begitu mantap.

*****

Bukan lagi jus jeruk, ia justru membeli segelas kopi untuk menghangatkan diri dari hujan yang melanda Jakarta siang itu.

Bukan hanya kopi, tapi kamera kesayangannya juga setia menemaninya sedari tadi. Gadis itu melihat ke luar jendela berharap hujan segera berhenti. Berhenti membuatnya mengenang seseorang.

MENDUNG [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang