14. Raka Melamar

2.2K 200 55
                                    

“Yang tercantik akan kalah dari yang terbaik.”

🍊🍊🍊


14. RAKA MELAMAR

“Apa ini?”

“Jangan tanya gitu atuh, Mang!”

“Ya, masa lukisannya warnanya aneh?!” ejek Paman Melody.

Nadila menunduk dari kejauhan. Dia merasa malu dengan percaya diri membawa lukisan yang bahkan langsung terkena makian dari pemilik toko pajangan yang juga paman dari Melody. Kalau tidak suka, bisa kan tidak usah menghina?

“Jangan keras-keras atuh. Mel malu sama Dila,” bisik Melody.

Di penglihatan Nadila. Melody dan pria paruh baya itu terlihat sedang berdebat perihal lukisan yang dibawa Nadila. Sejelek itukah warna yang diberikan Nadila? Kalau tahu begitu, Nadila tidak akan menggunakan warna karena itu sama sekali tidak menjadikan lukisannya cantik.

Nadila tercengang sekaligus terkejut kala lukisan yang dibuatnya tiba-tiba dilempar begitu saja. Dari penglihatan Nadila, paman itu membuang lukisannya di depan tokonya tanpa hati sama sekali.

Dengan hati yang tersinggung, Nadila pun buru-buru berlari dan mengambil lukisannya.

“Mang, kenapa dibuang?!” tanya Melody.

Nadila menjatuhkan air matanya sambil mengangkat kanvas yang berisikan lukisan yang Nadila buat.

“Oh jadi kamu yang buat lukisan gak jelas itu?” tanya paman itu kepada Nadila.

“Gara-gara kamu keponakan saya jadi melawan saya. Dia sampai bela-belain karya kamu yang aneh itu! Dan dengar ya! Kalau buta warna, gak usah jadi pelukis!” bentak Paman Melody.

Seorang ibu datang untuk membela Nadila. Wanita itu datang dan langsung memegang kedua bahu Nadila sambil balik marah ke pria tadi.

“Ada apa ini?” tanya wanita itu. “Kenapa Bapak marah-marah sama anak saya? Memangnya dia salah apa?”

Nadila mendelik walaupun tatapannya masih sendu. Bahkan Nadila baru saja melihatnya beberapa detik yang lalu, tapi ketulusan ibu itu telah membuatnya kagum. Ternyata masih ada orang baik yang mau menolongnya di kala begini. Kalau saja tidak ada wanita baik hati ini, pasti Nadila sudah habis dicaci maki.

“Eh Bu, anak Ibu itu sudah mempengaruhi keponakan saya. Dia sudah buat Melody melawan saya!”

Melody hanya menunduk karena takut pamannya itu buat keributan lebih jauh. Apalagi ia disindir telah melawan pamannya.

“Sekarang saya tanya, anak saya atau Bapak? Karena sikap Bapak lebih keras kalau saya lihat. Mungkin ajaran Bapak yang kurang baik,” jawab Ibu itu. “Buktinya karya yang dibuat anak saya dengan susah payah, itu tidak dihargai sama sekali. Bapak tahu apa yang Bapak rusak? Mental anak saya! Dan itu lebih kejam, Pak!”

Paman dari Melody itu sontak terdiam dan berpikir sebentar. “Sudahlah, kalian pergi dari sini!”

Nadila melihat sebentar ke arah Melody yang diam saja. Ibu yang tadi menolong Nadila pun membawa gadis itu pergi dari sana. Dan tindakannya selanjutnya akan membuat Paman tadi menyesal.

MENDUNG [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang