9. Tantangan

2.2K 224 31
                                    

“Kamu bisa memiliki sayap dan jadi yang tercantik. Itu selama kamu punya hati dan tutur yang baik. Bukan lagi mereka, bidadari bisa-bisa iri.”

🍊🍊🍊

🍊🍊🍊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

9. TANTANGAN

Burung-burung sibuk berterbangan diantara birunya langit. Mengepakan sayapnya hingga membentang. Karena ikhlasnya burung itu bertengger untuk bersiul menyapa pagi dan para pejuangnya.

Rumah megah berwarna putih itu memberi kesan harmonis bagi keluarga besar Alvarendra. Namun tidak bagi Raka— sang anak yang dibesarkan oleh rumah yang penuh sesak itu. Rumah tersebut jauh dari kata harmonis, melainkan penuh dengan ketidakadilan.

Semenjak Helena menjadi penghancur rumah tangga orang tuanya, Raka enggan makan satu meja dengan Alva Rendra—Papanya sendiri.

Raka baru saja turun dari tangga rumahnya. Cowok yang memakai jaket berlambangkan serigala hitam itu masih saja memasang wajah datarnya sangat malas berada di dalam rumah tersebut. Dia lewat tanpa menghiraukan orang-orang yang ada di meja makan.

“Lihat anak kamu itu, gak ada sopan santunnya,” keluh Helena.

Sementara Andra baru saja memotong rotinya lalu melahapnya. Ia menunggu reaksi Papa tirinya setelah melihat kelakuan anaknya sendiri.

Dan benar saja, pria itu langsung menegur Raka.

“RAKA ALVARENDRA!!!”

Raka tersentak. Laki-laki yang menggedong tasnya dengan satu pundak itu sontak menoleh setelahnya.

“Kamu gak lihat ada Papa, Mama, dan Andra di sini?” tanya Rendra.

Raka memutar bola matanya malas sambil menghela nafas setelah menerima suasana memuakkan itu.

“Kalau kamu gak mau sarapan bersama, setidaknya bisa kan pamitan dulu? Dimana sopan santun kamu?”

“Pertama, Raka gak lihat karena Raka gak peduli. Kedua, mereka juga datang ke rumah ini tanpa sopan santun! Apa Papa gak merasa kalau wanita yang ada di hadapan Papa itu perusak rumah tangga orang?!” Raka dengan segala unek-uneknya.

“Heh, menurut kamu bagus bicara seperti itu di depan orang tua kamu?!” Helena bertanya. Raka semakin malas.

“Udahlah, Pa. Lagian dia masuk kelas unggulan juga percuma kalau kelakuannya kayak gitu!” ucap Andra.

Raka menatap sinis Andra.

“Terlebih lagi, Dia suka buat keributan di sekolah. Hobi dia tawuran, Pa.” Andra menambahkan ucapannya.

MENDUNG [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang