Happy reading 🖤
Fengyin dan Chen---Panglimanya, keluar dari halaman istana dengan menunggangi kuda. Fengyin memacu kudanya dengan santai, begitu juga dengan Chen yang berada di sebelahnya.
Hari ini, seperti biasanya Fengyin akan mengunjungi pasar di desa dengan Chen. Saat tiba, Fengyin menghentikan kudanya di ikuti Chen. Matanya menatap seluruh penjuru pasar hingga netranya tertuju pada sosok familiar yang tengah membopong seorang pria.
"Bukankah itu, Ratu?" Chen bersuara saat melihat matanya ikut melihat Jia-Li.
Fengyin menoleh sekilas ke arah Chen, kemudian kembali menatap pergerakan Jia-Li. "Bagaimana dia bisa keluar tanpa meminta izin dariku?" gumam Fengyin tajam seraya turun dari atas kudanya.
Chen yang melihat itu, ikut turun dan berdiri di sebelah Fengyin. "Apa anda akan menghampiri, Ratu?" tanya Chen.
Fengyin menatap Chen tajam. "Menurutmu?" Chen terdiam dan menundukkan kepalanya.
Di sisi lain, Jia-Li membantu Chyou berjalan menuju salah satu kedai yang ada di pasar. Yuwen pun ikut membantu Jia-Li, karena Jia-Li tidak sanggup membopong sendiri tubuh Chyou yang lebih besar darinya.
Jia-Li menuntun Chyou untuk duduk di kursi, dan ia ikut duduk di sebelahnya. "Apa masih sakit?" tanya Jia-Li menunjuk wajah memar Chyou dengan dagunya.
Chyou menatap Jia-Li datar. "Menurutmu?" tanya Chyou membuat Jia-Li langsung menangkup wajahnya.
"Salahmu mengapa harus menutupi wajahmu dengan kain, dan itu juga balasan mu mengapa harus mencuri," ujar Jia-Li kesal dan melepaskan tangannya dari wajah Chyou.
"Ratu, biar hamba saja yang mengobatinya." Niu menawarkan diri, karena tidak enak dengan Jia-Li.
Jia-Li menggeleng. "Biar aku saja, bagaimanapun dia adalah pria tampan ke-tiga ku, dan aku harus mengobatinya," tutur Jia-Li.
Chyou hanya diam dengan perasaan kesal. Mengapa Ratu satu ini menyebutnya pria tampan ke-tiga? Padahal dia punya nama sendiri.
"Ratu, ini yang anda minta tadi." Yuwen menaruh air dingin yang ada di sebuah wadah sedang dan selembar kain di atas meja.
Jia-Li memang memerintahkan Yuwen untuk mengambilnya dari kedai, dan Jia-Li juga sudah mengurus masalah Chyou dengan pemilik kedai yang barangnya di curi tadi. Ternyata, Chyou hanya mencuri satu jubah---entah untuk apa, dan Jia-Li sudah mengurusnya dengan membayarkan jubah yang di ambil Chyou tadi. Jia-Li tidak mau pria tampannya terjerat masalah.
"Kemarikan wajahmu." Jia-Li menuntun wajah Chyou untuk menghadap ke arahnya.
Tubuh Chyou menegang, pria itu menelan salivanya karena gugup, saat Jia-Li dengan santai tengah mengompres wajahnya dengan kain yang sudah di celupkan di air dingin. Perlakuan Jia-Li tidak luput dari mata para rakyat yang tengah mengerumuninya, ada yang menatap Jia-Li dengan pandangan terpukau karena menurut mereka Jia-Li adalah Ratu yang sangat baik.
"Ssshh ...." Chyou berdesis karena sedikit perih di sudut bibirnya. Tendangan Jia-Li memang sangat kuat saat mengenai wajahnya.
Jia-Li menatap Chyou. "Apa perih?" tanya Jia-Li dan di jawab anggukan kecil dari Chyou.
"Ah, maaf. Kalau begitu aku akan pelan-pelan." Jia-Li kembali mengompres bagian-bagian yang memar di wajah Chyou, sedangkan Chyou tengah menahan debaran jantungnya yang menggila.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bar-bar Queen (Tamat)
Fantasy[BUKAN NOVEL TERJEMAHAN!! MURNI PEMIKIRAN SENDIRI] Warning 18+ (STORY KE-2) Karakter seorang Ratu terkenal akan kelembutan, anggun dan murah hati. Tapi, bagaimana jadinya, jika gadis 17 tahun dari era modern yang memiliki kelakuan bar-bar dan bikin...