TBQ || Pangeran Huanran orangnya

52K 7.3K 908
                                    

Sepertinya gak akan sampe part 40 udah end😌 cevat bngt kan?

Karena part ini, aku udh mau ungkap si Penghianat. Biar part Jia-Li Hamidun semakin dekat:)

Kalau ada typo komen aja:v Happy Reading 🖤

----

Angin berhembus sedikit kencang, meniup dedaunan pohon hingga daun yang sudah kering berguguran ke tanah.

Di kekaisaran Liu, orang-orang sibuk dengan urusan masing-masing. Keadaan sudah membaik setelah ratu mereka kembali. Tidak sesuram seperti dua hari yang lalu.

Kaisar mereka--Fengyin-- tidak mengamuk lagi, bahkan pembawaan pria itu menjadi tenang sekarang. Ia sudah jarang marah-marah.

Setelah membawa pulang Jia-Li dari Kerajaan Gao, Fengyin cosplay menjadi seperti anak ayam yang terus membuntuti induknya. Dalam kata lain, jika Fengyin terus membuntuti Jia-Li terus.

Sekarang sudah menjadi istilah di kekaisaran Liu jika, di mana ada ratu Jia maka di situ ada kaisar Fengyin. Seperti sekarang, Jia-Li tengah berkacak pinggang dan menatap Fengyin malas.

"Berhenti mengikutiku! Apa kau tidak punya kerjaan lain huh?!" Jia-Li berdecak kesal, ia melototi Fengyin berdiri dengan jarak satu meter di depannya.

Fengyin mengangkat sebelah alisnya kemudian menggelengkan kepala. Hal yang terus ia lakukan saat Jia-Li memarahinya karena terus membuntuti wanita itu.

Jia-Li tambah kesal. Ia menghampiri Fengyin dan menatap pria itu datar. "Mau cosplay jadi anak Ayam Pak?" tanya Jia-Li, di akhiri decakan pelan.

Kening Fengyin mengerut. "Maksudmu?" Fengyin tidak paham.

"Sudahlah lupakan." Jia-Li memutar bola matanya malas. Ia kemudian memperhatikan sekitar untuk mencari hal yang menurutnya menarik. Hingga pandangannya tertuju ke atap Paviliun Ibu Suri.

Hal itu membuat senyumannya terbit. Jia-Li suda lama tidak naik ke situ. Tapi, sekarang bagaimana caranya ia naik? Sedangkan pohon yang dulu ia gunakan sudah hilang karena ulah Fengyin.

"Bastard?" panggil Jia-Li pada Fengyin. Sepertinya ia membutuhkan bantuan pria itu.

"Ada apa?"

"Bantu aku Yokk!" Jia-Li lantas menarik tangan Fengyin agar mendekat ke paviliun Ibu Suri--Xia He.

"Kau mau apa di sini? Mau bertemu Ibu? Ah, aku lupa mengatakan jika Ibu sedang pergi ke kuil Dewi An di desa. Mungkin akan pulang lima hari lagi," ujar Fengyin.

Kening Jia-Li berkerut. "Si Kucan punya kuil? Wow hebat banget," puji Jia-Li.

Sekarang, Fengyin ikut mengerutkan keningnya. "Kucan? Siapa yang kau maksud?"

"Itu loh, Dewi yang kau sebut tadi itu. Apa kalian menghormati si Kucan?"

"Aku tak tau mengapa kau memanggil Dewi An dengan sebutan Kucan." Fengyin menggeleng pelan. "Semua warga Kekaisaran memang menghormatinya, karena Dewi An adalah pelindung wilayah ini. Ibu sangat rutin mengunjungi kuilnya untuk meminta berkat dan keselamatan untuk kekaisaran Liu," jelas Fengyin.

Jia-Li meringis pelan. Bayangkan saja banyaknya penduduk kekaisaran yang menghormati An, dan ia sendiri? Astaga, bahkan ia memperlakukan An bagai babu-nya. Tak patut di contoh.

"Makannya mulai sekarang, belajar lah menghormati ku. Aku sungguh merasa rendah jika sudah berhadapan dengan mu." Itu suara An. Ia mengirim telepati pada Jia-Li.

"Gak biasa aing mah. Udah lupa cara menghormati orang." Jia-Li membalasnya. Dan tidak ada balasan. Sepertinya An sudah malas meladeni Jia-Li.

"Ouhh gitu ya?" Jia-Li memangut-mangut mengerti setelah mendengar penjelasan Fengyin.

The Bar-bar Queen (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang