Jangan lupa Vote dan komen<3 luvv
*
*
*
Happy reading 🖤
Niu mengobati sudut bibir Jia-Li yang berdarah di paviliun. Sesekali Jia-Li meringis, saat Niu menekan lukanya. Sungguh, rasanya sangat perih. Mengapa wajah Jia-Li harus jatuh di tempat keras seperti itu? Ah, rasanya Jia-Li memang sudah di takdirkan untuk selalu jatuh, dan membentur yang keras-keras.Di paviliun itu ada Fengyin dan juga Chen. Fengyin bersedekap dada sembari menatap Jia-Li datar. Entahlah, Fengyin masih tidak habis pikir dengan jalan pikiran wanita itu. Bagaimana bisa ia berada di atas atap paviliun?
"Kau sungguh wanita aneh," komentar Fengyin membuat Jia-Li menoleh padanya. Namun, Jia-Li hanya menatapnya sekilas karena pandangannya langsung tertuju pada Chen yang berdiri di sebelah Fengyin.
Jia-Li menatap Chen intens, sembari menahan tangan Niu---agar berhenti mengobatinya. Chen yang sadar di tatap seperti itu hanya bisa menunduk. Sedangkan Fengyin, wajah pria itu semakin datar. Lihat saja, pasti ada lagi tingkah konyol yang di lakukan wanita itu.
"Mengapa aku baru sadar jika kau sangat tampan," ujar Jia-Li tiba-tiba.
Fengyin mendengus pelan dan semakin mendatarkan wajahnya. Benar kan yang ia pikirkan. Entahlah, setelah kejadian jatuh di sungai dan tertabrak kereta kuda tempo lalu, sifat dan tingkah wanita itu menjadi gila dan konyol.
Jia-Li beranjak dari duduknya dan berkacak pinggang di depan Chen. Matanya menatap Chen dari atas sampai bawah. Dan itu membuat Chen semakin salah tingkah.
"Siapa namamu?" Jia-Li bertanya.
Chen berdehem pelan. "Me-menjawab Yang Mulia Ratu. Nama hamba, Chen, Panglima Kekaisaran Liu," jawab Chen sedikit gugup.
Jia-Li memiringkan kepalanya dan menatap pada Fengyin. "Mengapa kau menyembunyikan makhluk tampan ini dariku?" tanya Jia-Li dengan nada kesal pada Fengyin.
Fengyin berdecak dan memutar bola matanya malas. "Siapa yang menyembunyikannya?" Fengyin menatap Jia-Li malas.
Jia-Li berdecak dan kembali menatap Chen. Jia-Li tersenyum manis ke arah Chen dan menjulurkan tangannya. "Mau menjadi pria tampan ke-empat ku?" tawar Jia-Li.
Chen tersedak ludahnya sendiri. Sedangkan para dayang hanya bisa menundukkan kepala. Dalam benak mereka berpikir jika Jia-Li adalah wanita spesies aneh yang berucap seperti itu di hadapan Suaminya sendiri.
Fengyin yang mendengar itu, menatap Jia-Li tajam. "Tidak bisa!" tegas Fengyin.
Jia-Li menatap Fengyin aneh. "Aku tidak bertanya padamu! Mengapa kau yang menjawab?" kata Jia-Li tidak suka.
Fengyin mengepalkan tangannya sembari menoleh pada Chen. "Pergi dari sini, Chen," titah Fengyin.
Chen mengangguk dan berbalik hendak pergi, namun langkahnya terhenti saat Jia-Li menahan pergelangan tangannya. "Kau tidak boleh pergi," ujar Jia-Li.
Chen menelan salivanya. Tubuhnya gemetar saat merasakan aura di dalam paviliun semakin mencekam, saat Fengyin dan Jia-Li beradu tatap.
Fengyin mengepalkan tangannya. "Chen, ini perintah! Pergi sekarang juga!" tegas Fengyin penuh penekanan.
Chen yang mendengar itu semakin takut, ia menatap Jia-Li memelas. "Ratu, mohon lepaskan tanganku," mohon Chen. Sungguh, berada di antara singa dan macam betina ini membuat bulu kuduknya berdiri.
"Tidak akan!" Jia-Li berujar tegas tanpa menatap Chen, dan malah menatap Fengyin dengan tatapan tajam.
"Chen! Apa kau mau melanggar perintahku!" Fengyin berseru marah saat melihat Jia-Li sudah tidak menggenggam pergelangan Chen, dan malah berpindah memeluk lengan panglimanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bar-bar Queen (Tamat)
Fantasy[BUKAN NOVEL TERJEMAHAN!! MURNI PEMIKIRAN SENDIRI] Warning 18+ (STORY KE-2) Karakter seorang Ratu terkenal akan kelembutan, anggun dan murah hati. Tapi, bagaimana jadinya, jika gadis 17 tahun dari era modern yang memiliki kelakuan bar-bar dan bikin...