Maaf ngilangnya lama, soalnya aku lagi berduka banget di tinggal pergi Nenek😞sedih kalau di ingat"lagi (malah curhat 🔫)
Happy reading 🖤
Lian berjalan menyusuri koridor istana, ia bersenandung kecil sembari mengusap perutnya yang buncit. Senyumannya tercetak lebar hingga manik hitam kebiruan itu menangkap sosok dua pria tampan yang berjalan berlawanan arah dengannya.
Tangannya terangkat melambai. "Yuhuyy Hall---Anjirlah! Insaf Lian, Insaf." Lian menurunkan tangannya yang terangkat dan memukulnya sendiri.
"Nakel banget sih ni tangan. Orang udah mau insaf jadi pakgirl malah asal lambai-lambai," gerutu Lian dengan bibir mengerucut.
Yuwen dan Chyou melihat kehadiran Lian lantas tersenyum dan menghampiri.
"Salam Yang Mulia Rat---"
"Suerr aing gak liat, beneran gak liat."
Yuwen dan Chyou mengernyit melihat Lian yang menutup wajahnya dengan telapak tangan, namun tak ayal jika wanita itu tengah mengintip dari sela-sela jarinya.
"Ada apa Ratu?" Yuwen bertanya dengan suara beratnya, membuat Lian mati-matian menahan diri agar tidak mencubit pipi pria tampan itu.
"Oh NO!" Lian berteriak saat dua pria itu hendak melangkah semakin dekat dengannya. "Jangan buat aing khilaf lagi deh, bisa berabe kalau Fengyin liat. Udah ya, mau kabur dulu, takut nanti malah kebablasan."
Lian ngirit sembari menyentuh perutnya membuat Yuwen dan Chyou menggaruk kepala karena bingung.
"Ratu aneh," gumam keduanya sebelum berlalu pergi.
Tak lama setelah itu, Fengyin keluar dari balik pilar sembari bersedekap dada. Ia terkekeh geli melihat tingkah Lian tadi yang sangat lucu di matanya.
"Akhirnya dia jadi istri penurut juga," monolog Fengyin dengan hati berdesir. Bahagia sekali rasanya.
****
Lian menghela napas sembari menjatuhkan bokongnya di kursi. Ia memijat kakinya yang sedikit pegal. Saat ini ia ada Paviliun Matahari--paviliun Fengyin.
Tak lama kemudian pintu Paviliun terbuka saat Lian membalas kalimat meminta izin untuk masuk. Bibi Nuan muncul dengan napan yang berisi buah-buahan yang sudah di potong-potong kecil.
"Thank you, Bibi," ujar Lian setelah menerima piring itu. Bukan hanya buah, namun ada segelas susu dan juga sepiring roti cokelat lagi.
Walaupun tak mengerti kalimat yang di ucapkan sang Ratu, Bibi Nuan tetap mengangguk dan tersenyum sebelum menarik diri untuk keluar. Ia berpapasan dengan Fengyin di pintu.
"Buatkan aku kopi," ujar Fengyin yang langsung di laksanakan oleh bibi Nuan.
Selepas kepergian Bibi Nuan, Fengyin menghampiri Lian. Ia menggeleng pelan saat melihat Lian makan seperti orang kelaparan saja. Sudah tahu mulutnya penuh dengan buah, malah menggigit roti cokelat lagi.
"Pelan-pelan makannya, Sayang," peringat Fengyin sembari mengambil duduk di sebelah Lian.
Hubungan keduanya kembali baik. Fengyin kembali ke sosok pria yang menyayangi Lian terang-terangan, bukan saat marah seperti kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bar-bar Queen (Tamat)
Fantasy[BUKAN NOVEL TERJEMAHAN!! MURNI PEMIKIRAN SENDIRI] Warning 18+ (STORY KE-2) Karakter seorang Ratu terkenal akan kelembutan, anggun dan murah hati. Tapi, bagaimana jadinya, jika gadis 17 tahun dari era modern yang memiliki kelakuan bar-bar dan bikin...