TBQ|| Menyatu

65.8K 7.8K 738
                                    

Aku sakit gigi (di hari saat target tembus) terus seperti yg terjadi sebelum-sebelumnya, part-nya kehapus, aku begadang cmn nulis itu malah kehapus, yaudah mood nulis langsung anjlok. Gegara itu, aku ngilang dari WP🙃 jadi telat up༎ຶ‿༎ຶ
So, happy reading 🖤
Jangan lupa Vote dan komen 😺

Kalau ada Typo-nya komen aja:)
_____

Warning bahasa dan adegan vulgar 🔞 Skip jika gak mau baca!!!

Jia-Li kalang kabut. Gadis itu mondar-mandir tidak jelas di dalam kamar paviliun Fengyin. Jantungnya berdegup kencang, bukannya grogi karena ingin bertemu dengan doi, tapi karena takut di perkosa.

Katakanlah jika Jia-Li berlebihan. Namun itulah Jia-Li, kata berlebihan, bar-bar, dan tidak waras adalah nama belakangnya.

"Mampus, aku akan di unboxing oleh si bastard," panik Jia-Li, mulai menggigit kuku jarinya.

Tadi sepulang dari hutan, Fengyin mengurung dirinya di kamar pria itu, kemudian ia pergi entah kemana. Dan selama Fengyin pergi, Jia-Li sudah berusaha mencari jalan keluar, tapi sepertinya Dewi Fortuna sedang tidak berpihak padanya. Karena ruangan ini tak ada jalan untuk kabur.

Rasa panik kian menjalar ke seluruh tubuhnya kala mendengar suara langkah kaki yang berhenti di depan pintu.

Jia-Li melotot, kembali panik mencari tempat bersembunyi. Di bawah ranjang tidak pas karena kolomnya yang kecil, di sebelah pilar juga sepertinya bukan tempat yang bagus, karena tubuhnya terlihat setengah.

Suara gembok yang terbuka semakin membuat Jia-Li berdebar, baru kali ini ia merasa takut dengan Fengyin.

Gadis itu menelan salivanya susah payah, suara pintu di dorong, memasuki indra pendengarannya.
Di arah pintu, terlihat Fengyin yang masuk dengan aura pekatnya.

Iris merahnya menatap seluruh ruangan, dan tidak mendapati Jia-Li, karena gadis itu sudah bersembunyi di tempat yang menurutnya aman. Namun bagi Fengyin, upaya Jia-Li terkesan sia-sia, karena ia sudah tahu di mana gadis itu bersembunyi, hanya saja dia pura-pura tak tahu saja--dengan kata lain, sedikit membuat Jia-Li senang sebelum ia terkam.

"Ah, di mana gadisku berada," ujar Fengyin, pura-pura menatap seluruh ruangan lagi.

Di tempat persembunyian, Jia-Li Menghela napas lega, karena berfikir jika Fengyin tak mengetahui keberadaan dirinya. Jia-Li takut di coblos, itu pasti sangat sakit. Iww... Membayangkan saja sudah membuat bulu kuduknya meremang.

"Eumh... Coba kita lihat di sini." Fengyin  kembali berpura-pura menengok ke bawa ranjang. "Em, tidak ada. Apa dia ada di dalam teko air ini?" Dengan polosnya, Fengyin melihat ke arah teko air di atas meja, membuat Jia-Li mendelik kesal.

"Huh, tidak ada juga." Fengyin Menghela napas berat, sebelum senyum miring tercetak di bibirnya. "Gadisku sangat pintar bersembunyi," ujar Fengyin, menatap ke sudut ruangan yang sangat gelap. Tak ada cahaya yang menyinari bagian itu.

Dan perlu kalian tahu, jika di situlah Jia-Li bersembunyi. Gadis itu berjongkok di pojok ruangan gelap itu, sembari memeluk lututnya. Iris hitam kebiruan miliknya, menatap waspada pada Fengyin.

"Ah, mengapa bagian itu sangat gelap? Apa aku harus membawa obor, dan di letakkan di situ?" Fengyin bersedekap dada, menatap raut ketakutan Jia-Li yang sangat imut di matanya. Bersyukur, jika mata merahnya bisa melihat di tempat gelap.

"Eumh, mari kita beri penerang di sudut itu," lanjut Fengyin, mengeluarkan elemen api di tangannya, dan itu mampu membuat mata Jia-Li melotot kaget.

"Baiklah bola apiku, terangi sudut ruangan it—"

The Bar-bar Queen (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang