AGENT ZERO [SINKOOK]

Crazy Boy

Aku mau promosikan FF baru pengganti dari Sorry but I'am Idol. Yang itu aku hapus karena otak aku buntu mau nyambung lanjutannya. Berhubung Agent Zero udah mau mendekati akhir cerita, tapi keknya masih banyak deh😏.

Anggap aja ini ff aku selanjutnya.

Hari sudah gelap dan pada akhirnya Yerin pulang Jam tujuh malam, ia menaiki taksi hingga sampai ke apartemen di kawasan pusat kota. Yah bisa dibilang apartemen mereka termasuk kawasan elite dan mewah hingga begitu mempesona saat di malam hari. Memang apartemen itu bukan miliknya melainkan milik adik laki-lakinya yang berkerja di perusahan ternama sebagai sekretaris pribadi CEO disana. Tentu saja Yerin bisa sedikit pamer dengan orang-orang yang dulu selalu merendahkan nya termasuk Irene tapi bagaimana pun apartemen itu tidak pernah menjadi miliknya.
Hiks....

Setelah menaiki beberapa lantai, Yerin berjalan hingga depan pintu dan menekan tombol sandi dan masuk.
"Aku pulang!" Ucapnya sambil melepas sepatu.
Didalam terlihat sepi dan tidak ada sahutan hanya telivisi yang masih menyala. Yerin masuk ke ruang Tv dan mematikannya sambil mengomel.
"Wooyoung kebiasaan sekali!" Ucapnya.

Biasanya ini sering terjadi karena adiknya itu orang yang sibuk.
Ia tidak tau kapan di panggil lagi ke kantor, lalu ia akan terburu-buru dan meninggalkan jejak dengan rumah berantakan. Tapi satu hal yang membuat Yerin kagum, sesibuk apapun pekerjaan nya atau tubuhnya yang terasa letih ia sama sekali tidak pernah menguluh, bahkan ia selalu ingat untuk membuat makanan atau membelinya di luar.
"Adik ku memang yang terbaik" gumamnya.

Yerin pun pergi ke kamarnya dan membuka pintu. "Eh kok lampunya menyala? Oh pasti Wooyoung masuk tanpa izin. Anak itu!" Omelnya.

"Uh capeknya, untung Eunha membantu, jika tidak aku akan pulang lebih larut!" Ucapnya sambil melepaskan baju ingin mandi.

Karena tubuh yang sudah penuh keringat dan terasa amat gerah, Yerin memutuskan langsung melangkah ke kamar mandi tanpa leha-leha terlebih dahulu. Namun tiba-tiba notifikasi KakaoTalk nya berbunyi, Yerin mengambil ponselnya ia takut nona Kim yang mengirim pesan. Tapi ternyata bukan, jelas itu pesan dari Irene.