12. Guncangan.

290 44 2
                                    

Junghan mendengarkan dan mencatat semua tentang rutinitas yang akan ia lakukan untuk merawat Sinb, dimulai dari obat rutin dan cara mengganti kantong infus berdasarkan penjelasan dokter. Sinb juga tidak bisa memalingkan pandangannya dari wajah polos Junghan dengan mata bulat yang sedikit lucu. Junghan memang terlalu baru baginya, tapi pria itu bukan lagi orang asing. Junghan sudah menjadi bagian dari keluarga nya di Australia, Selain Sora dan Alex. Setelah dokter meninggalkan apartemen, pria itu terlihat berjalan menghampiri Sinb dengan langkah yang kaku. Suasananya masih terlalu canggung bagi Sinb, tapi ia tidak punya pilihan lain selain membiarkan Junghan yang menemaninya selama ia sakit.
"Aku memilih mu karena kondisi yang tidak memungkinkan, jadi jangan berharap sesuatu yang lebih, dan bagiku semua pria itu sama, jadi kau harus menjaga sikap mu" ucap Sinb dengan nada yang terlihat lirih namun tetap tegas.

Junghan hanya menatap nya bingung, dan sebenarnya ia juga tidak mengerti apa maksud gadis itu.
"Maaf Noona, aku hanya ingin berguna untuk Noona. Dan aku juga tidak mengerti maksud noona apa?" Ucap Junghan.

"Ah aku tidak tau kau se-polos apa, tapi kondisi seperti ini aman untuk ku" ucap Sinb membalikkan tubuhnya ke arah jendela.

Junghan hanya menatap bingung. "Noona jika perlu sesuatu bilang saja, atau hubungi aku" ucapnya.

"Emang kau mau kemana?" Tanya Sinb yang langsung membalikkan tubuhnya menatap Junghan.

"Saya mau pulang sebentar"

"Bawa saja baju dan keperluan mu yang lain kesini, kau harus menginap. Aku tidak bisa ditinggal dalam ke adaan sakit" ucap Sinb.

"Ha? Apa itu tidak apa Noona?"

"Tidak apa, aku hanya bisa mempercayai mu. Jadi jangan membuatku tidak mempercayai mu lagi" ucap Sinb.

"Baik Noona" ucap Junghan dengan senyum merekah.

Junghan meninggalkan apartemen dengan senyuman, Sinb hanya bisa menatap lirih dalam perasaan yang campur aduk. Baginya ini pertama kali ia mengizinkan seorang pria untuk menginap, Sinb juga belum mengenal Junghan seperti apa. Jujur saja Sinb juga tidak bisa ditinggal sendirian dirumah dalam kondisi yang seperti ini, biasanya Sora lah yang menemaninya sampai gadis itu juga tidak ikut kuliah. Sinb juga tidak mau seperti ini, tapi dalam kondisi panas yang tinggi terkadang memori kelam yang sudah berlalu menjadi mimpi buruk bagi Sinb, memori yang tidak bisa ia singkirkan selama hidupnya, berputar layaknya kaset dan membuat Sinb menjadi depresi. Keadaan seperti itu membuat panasnya semakin tinggi dan harus menerima perawatan rumah sakit. Sinb membenci rumah sakit, ia tidak akan sembuh jika berada di tempat seperti itu.

Namun melihat sosok pria di dalam apartemen nya adalah sebuah kesalahan lainnya, tapi ia sangat membutuhkan Junghan di sisinya. Sinb mencoba untuk mengubah pola pikirnya tentang pria, namun sekali lagi ia harus mengemban memori menyakitkannya dimasa lalu. Junghan pria itu memang sedikit polos, tapi seorang pria tetap lah pria. Mereka bisa menjadi rubah kapan saja.
"Noona tidak apa? Apa Noona sedikit tidak nyaman" ucap Junghan yang menghampiri nya saat nafas Sinb mulai tidak beraturan.

Sinb menangis dalam cahaya lampu yang sedikit gelap, wajahnya penuh dengan keringat dan keadaan diluar sedang hujan deras diiringi kilat petir yang menakutkan. Sinb meringkuk dalam selimutnya, kepalanya sakit dan dadanya terasa sesak. Junghan berlari ke dapur mengambil air dan handuk kecil, ia membasuh handuk itu lalu meletakkan nya di kening Sinb yang terasa sangat panas. Ia menaikkan bantal satu tingkat lebih tinggi, agar Sinb dapat bernafas lebih lega. Gadis itu menatap Junghan dengan wajah yang pucat, tatapannya begitu sayu dengan bekas air mata di ujung matanya.
"Noona merasa sakit? Apa kepala Noona masih pusing?" Tanya Junghan.

Sinb tidak melepaskan pandangannya, dan masih terdiam dibawah sinar lampu yang minim, wajah Sinb terlihat memerah. "Bolehkah aku menggenggam tangan mu hingga tertidur?" Ucap Sinb dengan suara yang parau.
Junghan terkejut lalu tersenyum lembut, ia menggenggam tangan gadis itu dengan canggung, begitu pula dengan Sinb.
"Noona boleh minta apa saja, maaf aku terlalu kaku untuk merawat Noona" ucapnya.
Sinb menggenggam tangan yang terasa besar itu dengan erat lalu tersenyum lembut. "Terima kasih Junghan" ucapnya lirih.
Junghan tersenyum dan merasakan debar yang tak pernah ia rasakan lagi, ini cukup aneh jika sekedar pelarian, tapi debar itu sangat tulus dan nyaman namun sekaligus menyakitkan.

AGENT ZERO [SINKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang