28. Be a Target.

216 37 1
                                    

Salju yang mencair di pagi hari itu seperti hati mereka yang sudah lama membeku, dan mencair karena sesuatu kejadian yang memicu kehangatan. Tapi perumpamaan itu tidak sepenuhnya benar karena sejak awal Jungkook juga tidak mengerti perasaan apa yang ia rasakan, cinta, apa hanya semangat karena melihat makanan yang unik dan lezat, apa memang dirinya sudah tertarik dengan mawar berduri. Sedangkan Sinb memiliki rasa itu sejak lama hanya ia masih terpaku oleh masa lalu yang membuatnya tidak memiliki kepercayaan pada orang lain maupun dirinya sendiri.

Tapi sebuah pelukan hangat itu bertahan cukup lama dibawah sinar lampu yang redup, saling mengenal aroma masing-masing. Aroma vanilla yang merusuk hidung Jungkook, dan aroma mint yang memberikan candu. Kecanggungan yang nyaman itu membuat mereka sadar bahwa jantung mereka berdetak begitu keras.
"M-mau sampai kapan ini berlanjut?" Ucap Sinb memalingkan wajahnya yang memerah.

"Sampai aku puas" ucap Jungkook dengan tatapan dominan.

"Apa kau tidak sadar kalau posisi ini sangat canggung" ucap Sinb berusaha melepaskan pelukan.

Jungkook hanya diam dan masih mengendap aroma tubuh Sinb, rasanya Sinb ingin meledak karena amarah namun sebelum terjadi Jungkook tiba-tiba mendorongnya kesamping dengan kasar.
"Beginikah cara mu memperlakukan wanita" ucap Sinb.

Namun Jungkook terlihat lebih serius dengan layar komputer CCTV-nya, melihat itu Sinb juga mengikuti melihat layar itu. Disana terlihat sekumpulan pria yang bersenjata memblokir seluruh gedung, sekitar dua puluh orang.
"Kalau begini mereka akan tau bagaimana cara masuknya kesini" ucap Jungkook frustasi.

"Jadi apa yang harus aku lakukan" ucapnya cemas.

"Kau tak perlu melakukan apa-apa bodoh! Emang apa yang bisa kau lakukan. Sekarang bersembunyilah di ruangan besi(ruang senjata), jika terjadi apa-apa kau bisa menggunakan senjata disana" ucap Jungkook menarik lengan Sinb dan memasuki pintu besi yang dikatakan tempat senjata itu.

Jungkook mengambil beberapa senapan dan mengisinya dengan peluru, ia juga mengambil beberapa belati untuk memasukkan nya kedalam kantung lainnya.
"Tunggu bagaimana dengan mu? Apa yang akan kau lakukan" Sinb menarik pergelangan Jungkook dan menatapnya lekat.

Jungkook tersenyum dengan seringainya, ia mendekati wajahnya dengan wajah Sinb. Jungkook mengelus pipi itu dengan lembut.
"Nona, apa kau sedang mencemaskan ku?" Ucap Jungkook dengan senyum jahilnya.

Sinb terdiam dan melotot menatap pria didepannya. "Apa yang kau bicarakan, aku bukan mencemaskan mu. Hanya-"

"Hanya apa?" Potongnya.

"A-aku hanya takut dengan darah! ha, ya aku takut dengan darah. Jadi jangan sampai kau tergores sedikit pun" ucap Sinb sambil tersenyum kikuk.

Jungkook tertawa lalu tersenyum lembut, Sinb hampir terpukau oleh senyumnya, pasalnya Jungkook sangat jarang tersenyum polos seperti itu.
"Baiklah, aku akan berusaha" ucapnya lalu mencium bibir Sinb sekilas lalu pergi.

Sinb hampir mengumpat, namun ia malah tersenyum mendapatkan kecupan manis itu, jantungnya berdebar tak karuan. Ia mengepal tangannya sambil memegang dadanya.
"Apa yang kau lakukan brengsek" gumam Sinb dengan pipi yang sukses merona.

Jungkook tanpa waktu lama ia membuka pintu rahasia Selain liftnya. Pintu itu sangat jarang ia buka karena mengarah ke lorong pembuangan pabrik disekitar sana, setelah berjalan sekitar seratus meter ia menemukan tangga mengarah keatas, diujung sana hanya ada lubang kecil yang diameternya hanya muat untuk tubuh yang beratnya sekitar 80 kg. Karena tubuh Jungkook hanya 70 lebih, lubang itu sangat longgar baginya. Lubang itu ada dibawah mobil tua yang sengaja ia taruh disana. Jungkook keluar sambil merayap hingga ia menghembus nafas lega. dengan langkah hampir tidak bersuara.

AGENT ZERO [SINKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang