17. Trauma.

277 42 3
                                    

Pagi itu Sinb berjalan sepanjang lorong dengan ekspresi yang dingin, sampai-sampai orang lain tidak berani menyapa nya. Hingga Sora menepuk pundak Sinb yang membuatnya tersentak dan menatap sora dengan wajah suram. Sinb menjadi sensitif walaupun itu hanya sekedar menyentuh bahunya.

"What! Why? You okey?" Ucap Sora menatap wajah pucat Sinb.

Sinb tersenyum tipis dan mengusap wajahnya dengan kasar. "I'am okey" ucapnya melanjutkan langkahnya.

"Sinb apa terjadi sesuatu, kau terlihat tidak sehat" tanyanya begitu lembut.

Sinb hanya diam dan melangkah menuju toilet, Sora mengikutinya dan mengunci toilet dari dalam. Sinb menyalakan kran air dan memuntahkan sarapannya di wastafel, gadis itu menggigil dan sesak nafas. Sora panik, ia mencoba menghubungi petugas UKS di kampus untuk menjemput sahabatnya, namun Sinb merampas ponsel Sora dan menatap nya dengan mata yang sembab. Sora merampas kembali ponselnya. "Apanya yang tidak apa, kau terkena serangan panik lagi, jelas itu tidak baik-baik saja" bentak Sora.

"Jangan! Aku benci bau obat, itu hanya membuat ku semakin stres" ucap Sinb dengan suara yang parau.

Sora menepuk jidatnya frustasi, ia menatap Sinb yang menelan dua butir obat penenang "Padahal kau sudah berhenti meminum obat itu selama satu tahun, kenapa? Apa terjadi sesuatu, apa Lo mau gue temanin ke psikiater lagi?" Tanya Sora dengan nada kelewat lembut.

"Aku gak apa, gak usah risau. Sudah ku duga lebih baik dirumah saja!" Ucap Sinb setelah merasa baikan.

"Ha! Terus kenapa lo pake datang ke kampus kalau memang sakit!" Ucap Sora berdiri dengan wajah kesal.

Sinb menatap ke arah cermin lalu menunduk kan wajah dalam-dalam.
"Kalau di rumah aku bakal ingat semuanya!" Ucapnya.

Sora menghela nafas. "Mau nginap di apartemen gue?" Ucapnya.

Sinb mengangkat kepalanya dan menatap Sora dengan senyum lembut.
"Terima kasih" ucapnya.

Pagi itu Sora meminta izin ke dosen pembimbing untuk absen hari ini. Ia juga mengirim pesan ke grup chat tentang keadaan Sinb. Sora menyetir mobil Sinb dengan tenang, sedangkan gadis itu masih terdiam menatap luar jendela dengan raut wajah yang begitu depresi.
"Sinb apa aku masih menjadi teman mu" ucap Sora dengan wajah yang sulit di artikan.

Sinb mengalihkan pandangannya dari luar jendela. Ia menatap Sora lalu menunduk. "Maaf aku belum bisa terbuka tentang masalah ku" ucapnya memainkan ujung baju yang ia kenakan.

"Sudah ku duga, tapi aku lebih lega jika kau menceritakan beban mu itu dari pada menyimpan sendiri. Aku tau setiap orang mempunyai privasi dan masalahnya sendiri yang mungkin tidak mau ia perlihatkan pada orang lain, tapi apakah kau senang hidup seperti itu, menyimpan dan mengatasi semuanya sendiri? Jadi hubungan apa yang sedang kita jalani, teman? Sahabat? Apakah hanya orang lain" ucap Sora menatap jalanan Sidney dengan senyuman palsu diwajahnya.

Sinb tertegun ia menatap Sora. "Kalian itu lebih dari sekedar sahabat tapi kalian sudah seperti keluarga bagi k-"

"Terus kenapa kau diam! Setiap kami tanya ada masalah apa, kenapa kau hanya diam! Dan mengatakan kau baik-baik saja. Padahal mental dan fisik mu begitu menderita-"

"Aku tidak mau kalian khawatir" ucapnya.

"Kenapa kau selalu begitu! Kau pikir kami tidak sakit melihat kau begitu terpuruk tapi kami tidak tau harus berbuat apa, aku bingung apa yang harus ku lakukan untuk mu, apa yang seharusnya terbaik. Tapi kau tidak mengatakan apapun seakan kau tidak membutuhkan kami, kau hanya memikirkan orang lain tapi kau lupa untuk memikirkan dirimu sendiri! Kenapa kau selalu seperti itu?" Ucap Sora penuh tekanan.

AGENT ZERO [SINKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang