🥀.28

27 5 5
                                    

Benar kata orang, seseorang baru akan merasakan kehilangan. Ketika orang yang selalu ada, tanpa aba-aba pergi meninggalkan.
-ElzainAzhar

-Penantian-

Seorang lelaki tampan berkulit putih dengan baju kemeja biru navy itu kini sedang berjalan di jalanan rumah sakit. Ia tak mengetahui pasti apa tujuannya berada di tempat itu sekarang, tetapi yang yang jelas ia terus berjalan hingga menjumpai ruang yang ia tuju.

Setelah menjumpai ruang itu, kini Zain memasuki ruangannya. Terlihat jelas ada sosok lelaki paruh baya yang tengah terbaring di ranjang. Namun matanya tak kalah jeli, ia mendapati sosok yang selama ini ia rindukan tengah tertidur pulas di sofa panjang yang tersedia di ruang VIP itu.

Zain terus berjalan hingga ia sampai di ranjang Ayah Ilyas, dirinya pun menyalami tangan lemah pucat yang saat ia genggam tengah ia rasakan sedikit dingin.

Lelaki paruh baya itu terbangun, ia menoleh ke arah Zain, menatapnya dalam, kemudian sedikit menyampaikan pesan serius kepadanya.

"Nak Zain, 'kan?" Tanya Ilyas.

Zain mengangguk, tersenyum tipis.

"Boleh saya titip satu pesan?" Tanya Ilyas lagi yang dijawab anggukan kecil dari Zain.

"Apakah kamu mencintai ... Sabrina?" Tanyanya lagi, kali ini mata sayunya itu melirik putrinya sekejap yang masih terlelap di sofa.

Zain hanya tertunduk, ia masih tak mampu untuk mengungkapkan perasaannya pada siapapun. Hanya dirinya, dan Allah saja yang tahu untuk saat ini dulu.

Detik berikutnya, Ilyas kembali berpesan pada lelaki muda di sampingnya. "Saya titip Sabrina ya? Sudah lama dia begitu mengharapkan kamu. Saya harap, kamu bisa mewujudkan mimpi putriku, dan menjalani wasiat ini untuk menikahi putriku. Apakah kamu keberatan, Nak?"

Zain yang semula tertunduk pun mengangkat kepalanya seolah tak percaya apakah yang didengar oleh telinganya itu benar adanya atau hanya halusinasinya saja. Lalu Wasiat? Apa ini? Lalu mengenai tentang rasa Sabrina? Apakah benar jika Sabrina telah mencintai dirinya?

"ASTAGFIRULLAH!" Kaget Zain terbangun dari mimpinya.

Zain terdiam beberapa detik setelah itu ia kembali mengingat arti mimpi itu. Lalu tiba-tiba ia baru saja mengingat jika dulu ia pernah bermimpi menikah dengan Farah, lalu Sabrina terlihat seperti satu-satunya orang yang tidak bahagia saat semuanya bersuka cita. Apakah ini? Apa ini tanda? Jika Sabrina telah menjatuhkan hatinya pada dirinya?

Lalu apa maksud Ayah Ilyas? Kenapa di dua mimpi yang berbeda waktu hampir sama? Yang pertama, Ayah Ilyas membawa pergi Sabrina ke tempat yang mereka tak akan kembali lagi, lalu kedua? Ayah Ilyas berwasiat seakan maut tidak lama lagi akan menjemputnya.

Zain kalut memikirkan keduanya, ia semakin khawatir dengan keadaan Sabrina dan juga Ayahnya di sana. Lalu pasal wasiat itu? Sungguh Zain pilu mendapat mimpi tersebut. Ia bingung harus bagaimana.

Hampir lima belas menit Zain terus termenung, terdiam, menatap kosong ke depan dengan menyenderkan punggungnya di tempat sandaran bednya. Hingga ia sampai tak menyadari kedatangan Umma Aisyah di sampingnya dengan sepiring nasi beserta lauk pauknya. Karena sejak tadi pagi, putranya itu belum menyantap sedikitpun makanan.

PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang