🥀.19

35 7 3
                                    

Kau dekat dengan dia karena tak sengaja.
Kenapa diri begitu mengusai seolah kau tidak boleh mengenal siapapun.
Kenapa diriku begitu jahat dan egois?
Aargh!!
(Elzain Azhar)

--¤♡¤--

Hancur, satu kata yang tengah melingkupi hati Zain. Netra teduh dengan kelir cokelat terang itu terkadang berkaca-kaca. Entah mengapa ia merasa jika ia begitu terpuruk hari itu.

Suara seorang perempuan mengejutkan dirinya, ia pun menoleh ke arah sumber suara tersebut.

"Assalamualaikum."  Salam Sabrina yang disampingnya bersama Arkan.

"Waalaikumsalam." Jawab Zain. Hatinya mencelos, lagi-lagi sahabatnya itu tengah bersama lelaki brengsek menurutnya.

"Ustadz tadi nyuruh saya kesini buat apa?" Jeda. "Saya mau ada acara pribadi."

"Sama pria itu?" Tanya Zain masih kesal.

Sabrina menghembuskan nafas pelan.

"Kenapa Ustadz melarang saya berteman dengan dia? Dia sangat baik dengan saya. Ustadz nggak akan ngerti, dia sahabat saya dari kecil." Jelas Sabrina.

Zain terdiam, ia baru mengetahui jika pria brengsek menurutnya itu sahabat dari Sabrina. Hatinya seakan bertambah kebenciaannya.

"Tapi gak usah sok deket gitu, kan kalian nggak ada ikatan suci, dosa." Larang Zain berusaha melunakkan nada bicaranya.

Sabrina melirik Arkan sejenak. Jujur ia masih bingung dengan masalah ini.

"Maafkan aku, Brin. Akuu ... Aku cuma mau nolong kamu. Aku ... Aku nggak ada maksud lain ..."

"Mm.. maksudnya? Ceritakan secara detail, apa yang terjadi denganku?" Tanya Sabrina polos.

Zain menghembuskan nafas gusar, ternyata gadis dihadapannya itu masih belum mengingat kejadian dimana ia pingsan di jalan.

"Jj ... Jadi gini Brin, waktu itu aku habis turun dari Bus, trus aku jalan di belakang kamu. Awalnya aku ga ngerti kalo itu kamu, trus aku mulai ngerasa ada yang aneh dari cara jalan kamu. Kamu juga kelihatan banget kalo lagi kepanasan, kamu megang pelipis kamu. Trus tiba-tiba kamu jatuh. Refleklah aku megangin kedua pundak kamu dari belakang, gataunya itu kamu. Aku langsung bingung. Harusnya aku ga ngelakuin itu sama kamu ... Maafkan aku .."

Sabrina mendengarkan cerita Arkan, dan saat ini ia mengetahui bagaimana perasaan Arkan.

"Tuh kan, dosa kalau sampe kayak gitu." Protes Zain tetap pada pendiriannya.

Sabrina terdiam cukup lama, baru kali ini kedua pundaknya direngkuh oleh seseorang laki-laki yang bukan mahram nya.

Arkan yang mengetahui wajah Sabrina yang mulai tidak enak, kembali memohon maaf.
"Mm.. maafkan aku Brin, aku ... nggak sengaja."

Sabrina terdiam cukup lama, lalu ia pun kembali untuk berusaha menenangkan Arkan.

-P-

"Ck!! Brina mana sih ini." Gerutu Hasbi ketika menunggu adiknya itu tidak menemui dirinya di kiosnya.

"Mungkin masih otw kali, Bang." Tenang Meera.

PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang