🥀.23

23 6 2
                                    

Kini diri kembali dihantam keras rasa bimbang,
Haruskah ada halangan untuk lari dari kenyataan?
Aku kira penantian tuk memilikimu telah berakhir tak seindah yang ku harap, ternyata, apakah guratan lara ini masih terus berlanjut ya Rabb?
(SbrnaFsha)

-Penantian-

Terdiam, termenung. Kedua matanya menatap kosong ke arah lurus depan seolah tak melihat siapapun yang berlalu lalang di hadapannya. Ya, Sabrina terduduk di depan ruang UGD di Rumah Sakit Jakarta.

Tubuhnya kembali bangkit dari duduknya melihat sahabatnya itu dari pintu kaca buram khas pintu UGD tersebut dari luar.

Suara berat beserta tepukan kecil di pundaknya berhasil mengejutkan dirinya.
"Hei. Assalamualaikum." Salam pria dengan jas khas dokternya.

Dengan reflek, Sabrina memutar kepalanya dan sedikit terkejut melihat siapa pria itu. "Eh, Kak Bi. Waalaikumsalam."

"Loh, siapa yang sakit?" Tanya Hasbi sedikit datar karena ia mengira jika itu adalah Zain.

"Arkan, Kak. Kok Kak Bi tahu kalo Brina ada disini?" Jawab Sabrina dilanjutkan dengan sebuah pertanyaan.

"Tadi Pak Farhan bilang katanya dia habis ketemu sama orang yang mirip sama adikku. Trus dia cerita tentang kecelakaan ini. Dan akhirnya dia ngasih tau kalo kamu sekarang di depan UGD." Jelas Hasbi panjang lebar sedang Sabrina mendengar cerita Hasbi dengan tatapan bingung.

"Maksud Kak Bi? Pak Farhan itu yang tadi nabrak trus nolongin Brina sama Arkan?" Tanya Sabrina mencoba menerka.

"Iya. Aduh lupa." Ujar Hasbi memukul jidatnya.
Sedang Sabrina mengangkat alisnya bingung.

"Pak Farhan itu temen Kak Bi, yang dulu bantu Kak Bi buat masuk praktek disini." Jelas Hasbi.

"Oh, tapi kok bisa kenal aku gimana ceritanya?" Tanya Sabrina masih bingung.

"Hmm, kalau itu ... panjang ceritanya. Lain kali aja."

Krieett

Deritan pintu terdengar, pintu yang semula tertutup kini terbuka lebar menampakkan sosok dokter yang baru saja keluar dari ruang UGD.

"Pak, gimana kondisinya?" Tanya Hasbi langsung.

"Alhamdulillah sudah mulai membaik. Tapi pasien belum sadarkan diri." Jelas dokter itu.

"Apakah kami boleh masuk?" Tanya Sabrina.

"Sebentar lagi dia akan dipindahkan di ruang rawat. Jadi nanti boleh dijenguk disana."

Beberapa menit setelah dokter itu pergi, para suster pun membuka pintu UGD, dan mendorong brankar dimana ada sosok Arkan yang masih terbaring lemah dengan dahinya yang diperban.

Sabrina dan Hasbi pun langsung mengikutinya dari belakang.

-P-

Hari pernikahan Zain dan Farah sudah teramat dekat. Bahkan keluarga Zain pun kini sudah mulai bersiap-siap. Dan hari ini adalah waktu untuk memilah gaun dan jas untuk akad serta resepsinya.

Farah terdiam seribu bahasa di tempat duduk tengah. Didepannya kini tengah ada Zain dan Umma Aisyah yang tengah berbicara di Mobil.

Farah mulai membuka ponselnya. Beberapa hari terakhir ini ia jarang sekali menjumpai Sabrina. Farah khawatir, jika Sabrina itu tidak sependapat dengan rencananya.

Ketika ia mulai membuka kontaknya. Ternyata nomor Whatsappnya tidak aktif satu minggu yang lalu. Farah makin khawatir dengan rencananya yang pasti akan gagal.

PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang