Alquran tetap menjadi prioritas..
Oke next
Happy reading!-Penantian-
--¤♡¤--
Cinta, makna cinta sangatlah beragam. Bahkan setiap orang pun memaknainya dengan pola pikir masing-masing. Seperti Bahagia jika berada di dekatnya, atau merasa tenang jika berada di sampingnya.
Namun jika Sabrina menginginkan untuk terus berada di dekat Zain meski ia terkadang tersakiti oleh perasaannya sendiri, apakah itu juga disebut cinta.Masih dengan perasaan yang sama, di tempat yang berbeda, dengan kondisi yang sudah mulai menunjukkan kepulihan.
Sabrina duduk termenung, menatap secarik kertas kosong yang berada di genggamannya, berencana menulis sedikit curahan tentang isi hatinya yang tak kunjung ada perubahan di sana.Derap langkah kaki terdengar mengarah pada Sabrina, namun Sabrina masih terfokus akan lamunannya, sehingga ia tidak menyadari kehadiran sesosok di belakangnya. Hasbi pun menepuk kecil pundak Sabrina.
"Assalamualaikum, Na."
Sabrina yang menyadari sentuhan yang ia dapat dan suara yang familiar, mencoba menoleh kepada lelaki itu.
"Waalaikumsalam." Ucap Sabrina sedikit datar.
"Kak Bi berangkat dulu, kau baik-baik disini. Istirahat aja yang cukup. Jangan kemana-mana, apalagi jika kau temuin tuh laki." Pamit Hasbi yang dilengkapi dengan pesan tegas untuk adiknya.
Hasbi pun berlalu. Hanya sebuah pesan yang ditinggalkan Hasbi, mampu membuat cairan bening mengalir di mata Sabrina.
Baginya seakan kejadian yang dialami begitu menyesakkan.Sabrina pun mulai lihai menyusun kata demi kata di kertas yang semula hanya ia pandang. Sembari menulis, entah ia mendapat bisikan dari mana, kertas yang ditulis olehnya, diterbangkan sembari membentuknya menjadi sebuah mainan pesawat.
-P-
Betapa istimewanya seorang Ibu, wanita penyabar nan tangguh yang berusaha menjadi Ibu yang baik bagi anak-anaknya. Mencoba mendidik dengan baik, meski terkadang setiap anak merasa dimarahi.
Seorang gadis berusia yang baru menginjak masa remaja, seperti Zhara yang berusia lima belas tahun adalah masa-masa yang sangat membutuhkan seorang untuk membenarkan jika pemikirannya terkadang masih labil.
Terlihat Umma Aisyah yang sedang berusaha menemui Zhara yang berada di kamar namun Umma tak kunjung menemukan suara dari dalam kamar Zhara.
"Zhara, buka pintunya sayang ..." Rayu Umma Aisyah dengan tangannya yang kembali ia pukulkan pada pintu kamar.
Tok tok tok
"Zhara, kamu di dalem kan? Bukain pintunya, Nak!"
Menyadari tidak ada jawaban dari sana, tangan Umma tergerak untuk memegang kenop pintu lalu berusaha membukanya.
Ceklek..
Sedikit suara deritan pintu terdengar, atas kuasa Allah, Zhara tidak mengunci kamarnya. Umma kemudian memasukinya, namun nihil, Zhara tidak ditemukan di dalam sana.
Umma yang terduduk di kursi roda berusaha untuk mencari sambil memanggil nama putrinya itu. Ia takut terjadi sesuatu.
Terdengar sedikit suara isakan di kamar Zhara, Umma yang menyadari itu mencari dimana sumber suara tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penantian
Spiritual[REVISI] On Going Salahkah jika seseorang mempunyai keinginan rasa cinta yang bisa berbalas? Tentu semua ingin cintanya tidak sepihak. Namun apakah mungkin Sabrina bisa mendapatkan balasan cinta dari seorang Ustadz? Sedang takdir buruk nan tidak m...