🥀.13

41 10 5
                                    

Alqur'an tetap menjadi prioritas yaa..

Next..
Happy Reading🥰

-Penantian-

--¤♡¤--

Langit senja yang indah, berbalut warna jingga kini telah meninggalkan kota Jakarta bertukar dengan gelapnya langit.

Sabrina pulang kembali menuju hotel, selama ini ia sadar, jika memang tinggal di rumah yang ada seseorang yang bukan muhrim adalah hal yang tidak pantas.

Sabrina membuka kamar hotelnya, ia terkejut ketika suara berat milik seorang pria terdengar menyentak Sabrina.
"Kemana aja, hm?"

Sabrina gugup dan hatinya kini berkecamuk seakan penuh ketakutan.

"Emm, ii itu, habis keluar sebentar Kak, mm, iya keluar sebentar bosen di dalem."

"Habis maghrib kok baru balik?" Tanya Hasbi tetap dengan wajah kakunya.

"Iya, tadi ituu Kak, ehm anu, berangkatnya baru aja, jadi kemaghriban. Tadi di jalan udah keburu adzan, trus akhirnya berhenti mampir buat sholat dulu." Dalam hati gadis itu, tidak mungkin jika ia harus berbicara jujur kepada Kakaknya, yang ada nanti jelas Hasbi akan semakin menjauhkan Sabrina dari keluarga Zain.

"Ya Allah maafkan hamba, hamba harus berbohong untuk masalah ini."

"Oh oke, lain kali kalau mau keluar izin dulu, Na."

"Hehe maaf, Kak. Tadi lupa, takut ngeganggu Kak Bi, nanti nggak diizinin lagi."

"Siapa bilang? Kak Bi ngizinin kalau kamu pergi untuk kebutuhan kamu, yang Kakak nggak izinin itu kalau kamu pergi ke rumah Zain lagi."

Degg!

Degup jantung Sabrina seakan terkejut. Bangkai yang ditutupi pasti lama kelamaan akan tercium juga.

"Ya udah, Kak Bi balik ke kamar, mau nyelesain tugas. Assalamualaikum." Pamit Hasbi sambil berjalan keluar dari kamar Sabrina.

"Duhh, gimana ini? Apa mungkin aku bisa keluar menemui keluarga itu lagi. Allah sedang menyelamatkanku hari ini, tapi untuk seterusnya?"

Bosan, iya rasa itu yang sedang menyapa Sabrina. Sabrina pun mengeluarkan ponselnya dan tangannya tergerak untuk memanggil video Bunda Sarah.

Panggilan video akhirnya tersambung, rasanya ia begitu merindukan Bundanya itu, padahal baru sekitar satu bulan lebih hampir dua bulan.

"Assalamualaikum, Bunda ..."

"Waalaikumsalam, sayang ... Maa Syaa Allah, Bunda rindu Nak, gimana disana? Udah seneng bisa ketemu Zain? Tinggal disana pisan."

"Ehehe, Bunda bisa aja. Ayah pripun Bun kabarnya?"

"Alhamdulillah, sekarang lagi baca buku tuh. Mau ketemu? Bentar ya Bunda kesana. Yah, ini loh putri tercantik mu tiba-tiba vidcall, pasti kangen nih sama Ayahnya."

Sabrina tersenyum lebar ketika mendapati sosok Ayah yang masih terlihat sehat dan bugar itu.

"Ayah, Assalamualaikum ..."

"Waalaikumsalam ... udah ketemu sama Kak Bi?" Tanya Ayah.

"Ish Ayah mah suka gitu, langsung nyari-nyari Kak Bi. Iya ini lagi bareng Kak Bi, dia ada di kamar sana tuh, baru aja kesini."

PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang