🥀.07

47 12 2
                                    

Utamakan membaca Alquran terlebih dahulu yaa..
Okee next! Happy Reading..♥️

-Penantian-

--¤♡¤--

Terlihat, dua orang. Seorang ayah dan putrinya hendak memasuki alam yang sudah sangat menantinya. Langkah mereka terhenti akibat suara seorang memanggil penuh harapan kepadanya.

"Nafisha, kau mau pergi kemana?" Teriak Zain yang membuat Sabrina menoleh ke arahnya.

"Maafkan saya."

"Sha, jangan pergi. Aku mohon, dengarkan aku. Jangan tinggalkan aku."

"Maaf."

Tiba-tiba bayangan Sabrina menghilang tertelan oleh cahaya yang sangat menerangkan itu.

"Nafishaa!!"

Hatinya gundah, hancur. Ia sekarang menyadari, jika Sabrina adalah orang yang paling penting dalam kisah suka dan duka dalam hidupnya.

"Astaghfirullah, Nafisha." Zain terbangun dari mimpinya.

Zain tertidur di Musholla setelah shalat isya'. Setelah menyadari ia baru saja tertidur, ia pun pergi berlari menghampiri ruang rawat Sabrina.

Hanya Arkan yang memiliki golongan darah O, karena Zain memiliki sampel darah golongan A, maka dia tidak bisa menyumbangkan darahnya pada Sabrina yang memiliki golongan O.

"Fisha, kembalilah tersenyum, tertawa. Aku mohon, bangkitlah dari tidurmu. Sungguh. Aku merindukan semua yang ada pada dirimu." Batin Zain penuh pilu.

Di depannya terdapat Sabrina yang masih dengan ketidaksadarannya. Zain masih berusaha mencari golongan darah selain Arkan.

Zain tetap saja masih tidak terima jika Arkan telah membuat Sabrina seperti ini. Namun apa yang menjadi penyebab jika Zain begitu keras melarang Arkan untuk mendonorkan darahnya?

Zain begitu egois, dia tidak memikirkan bagaimana nasib Sabrina jika tidak mendapatkan pendonor secara cepat.

Titt.. tiit.. titt.. tiit..

Zain yang menangis pilu meratapi Sabrina, tersentak kaget, ketika mendapati suara alat pengontrol jantung Sabrina secara tiba-tiba berbunyi. Dan menunjukkan garis lurus.

Zain yang melihat alat itu langsung terbelalak, dengan penuh rasa khawatir dan suara yang mulai terisak, Zain pergi untuk memanggil dokter supaya memeriksa apa yang terjadi dengan Sabrina.

Setelah menemui seorang dokternya, Zain, Dokter dan beserta para suster, pergi menuju ruang rawat Sabrina.

Zain hendak mengikuti langkah dokter dan para perawat untuk melihat Sabrina, namun sayang, salah satu perawat mencegah Zain untuk ikut serta.

Zain yang cemas, kemudian menelfon Zhara dan Farah yang sedang pulang untuk memberi kabar bahwa kondisi Sabrina masih juga sangat lemah.

Lima menit menunggu, pintu kamar Sabrina terbuka, para perawat sibuk mendorong ranjang Sabrina.

Zain yang melihat para perawat menggiring Sabrina keluar kamar, mengerutkan dahinya bingung.

PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang