🥀.32

25 3 3
                                    

Mereka bilang syukurilah saja,
padahal rela tak semudah kata.

(Runtuh - Feby Putri feat. Fiersa Besari)

--¤♡¤--

Sabrina melangkah masuk ke dalam kamar Tiara untuk mengambil tasnya. Hanya ada handphone, tempat make up yang hanya berisi bedak, brush, lip balm beserta lip tint di dalamnya. Ia berharap ada sebuah hena di dalam tasnya. Seingatnya ia menaruh hena itu di dalam dompet make upnya.

"Ada engga ya?" Ucapnya mengambil dompetnya dan mengotak-atik isi di dalamnya untuk mengambil sebuah hena bermerk rani yang biasa ia kenakan untuk mewarnai kuku cantiknya.

"Nah ini ada. Alhamdulillah ...." syukurnya lalu kemudian kembali menuju kamar tamu tempat di mana adiknya Zain beristirahat.

Entah apa maksud Sabrina mencari benda itu. Ia hanya tersenyum tipis saat kembali memasuki kamar adiknya.

"Zhara, boleh lihat tangan kirinya? Yang ada bekas lukanya tadi?" Tanya Sabrina pelan.

"Hmm ... mau buat apa, Kak?"

"Gak papa. Kamu buka ya lengan bajunya ...."

Zhara hanya mengangguk kemudian ia pun menarik kain lengannya keatas. Sedang Sabrina kembali membuka dompet dan mengambil hena itu.

"Ini, Kak. Udah." Ucapnya menyodorkan tangan yang melukiskan sebuah bekas luka yang lumayan cukup terlihat.

"Sini, lebih deketan deh ...." Perintah Sabrina yang langsung Zhara patuhi.

"Mau buat apa Kak?" Tanya Zhara polos ketika hena itu sudah mau menyentuh kulit putih tangannya dengan bekas luka. Hanya bekas saja, makanya Sabrina tidak takut untuk melukisnya.

"Kamu lihat aja deh. Hihihi."

Hanya butuh lima menit saja untuk melukis di tangan Zhara. Kini tangan itu sudah cantik dengan lukisan tiga kupu-kupu yang menutupi bekas lukanya.

"Ih maa syaa Allah cantik banget Kak kupu-kupunya ...."

"Hehehe iya. Dijaga ya gambarnya, kupu-kupunya jangan dirusak .... kasian hihihi."

Zhara mulai paham di mana arah bicara Sabrina. Maksud terdalamnya adalah, Zhara harus have fun dan tidak boleh sedih-sedih lagi. Apalagi depresi yang menyebabkan tangan mulus nan putih itu memiliki bekas luka.

"Insya Allah enggak. Makasih banyak Kak ...." Ucapnya haru dengan air mata yang sudah menitik di salah satu matanya.

"Iya ... sama-sama."

"Udah. Kamu baring lagi gih! Masih sakit enggak?" Tanya Sabrina dengan tangan yang sudah berada di kening Zhara. Merasakan suhu tubuhnya yang sepertinya sudah mulai menurun.

"Alhamdulillah, kayaknya udah. Tapi masih sedikit pusing." Katanya jujur yang tubuhnya kini sudah kembali berbaring.

PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang