-Penantian-
--¤♡¤--
Di bawah rindangnya pohon, lengkap dengan area sekitar tertanam bunga-bunga yang begitu indah dan aromanya yang tercium masuk ke dalam hidung gadis cantik yang terduduk di kursi taman. Begitu wangi dan menenangkan, membuat dirinya terhanyut sejenak melupakan deretan permasalahan di hidupnya.
Gadis cantik dengan balutan hijab segi empat syar'i serta gamis hitam anggunnya. Sungguh cantik, bukan? Tapi tidak ada yang tahu bagaimana suasana hatinya.
Tak pernah ada sedikit pun di benaknya untuk berada di kota Metropolitan saat ini, dengan keadaan terpaksa. Meskipun dulu ia begitu menginginkan berada di sini.
Keberadaannya di sini hanyalah sebuah kesalahan! Semuanya terjadi akibat kesalah pahaman yang berujung sebuah fitnah besar yang diperoleh dari kerabatnya sendiri. Bahkan dengan berbagai macam alasan pun tak akan bisa menguatkan fakta yang sebenarnya.
Kejadian itu bermula ketika keluarga besar dari gadis bernama lengkap Sabrina Putri Nafisha Alhumaira tengah mengundang Ustadz dari luar kota untuk mengisi halal bi halal yang dibuka secara umum.
Tujuan awal mula hanya untuk memberi kejutan kepada Sabrina, namun semuanya menjadi sebuah bencana dan lebih parahnya citra Sang Ustadz yang ikut tercemar akibat ulah salah satu kerabat yang membenci Sabrina.
Lagi-lagi gadis bernama lengkap Sabrina Putri Nafisha Alhumaira mengingat kejadian sebab akibat dirinya berada di Jakarta. Seakan tidak mengenal tempat di mana ia berada saat ini, air mata kembali meluruh di kedua pipi cantiknya.
Cinta. Benar, rasa cinta itu ada di dalam hatinya. Rasa yang berawal dari kagum, menjadi sebuah mahabbah yang sangat dalam. Ia terjatuh di dalam dilema hatinya. Sudah sangat lama ia memendam rasa itu, bahkan sampai sekarang.
Lantas apakah ia mendapatkan cinta itu harus melalui jalan yang salah ini? Melalui jalan fitnah? Dengan salah satu pihak yang terpaksa bertanggung jawab? Tidak! Bahkan semua orang pun tidak ingin seperti itu. Semuanya berharap diantara keduanya murni karna terjerat cinta. Walau Sabrina yakin jika Ustadz itu tidak pernah menginginkan dirinya.
Sabrina ingin pulang. Kembali memeluk Malaikat tak bersayapnya, kembali bermanja dan bersandar di dada Ayahnya. Namun apa boleh buat? Keberadaannya di sini selain terpaksa, juga keinginan hati kecilnya. Salahkah jika ia menaruh harapan besar dari Ustadz itu? Rasa-rasanya ia tak tahu malu.
--¤♡¤--
NOTE: Maaf banget buat yang gak nyaman buat baca cerita ini
Efek tata kepenulisan yang kurang tepat, kurang menarik, bahkan membosankan, murni kekurangan dari saya. Saya harap pembaca nyaman buat baca cerita saya karena saya akan mencoba melakukan hal terbaik untuk kalian.
Cerita ini memang masih sangat berantakan, saya tuh masih amatiran gaes, ini cerita pertama saya. Jadi jika ada kesalahan, atau tata letak bahasa yang kurang tepat, kalian bisa langsung komen aja nggak perlu sungkan oke?See you...
Wassalamualaikum~Atmimlana
KAMU SEDANG MEMBACA
Penantian
Spiritual[REVISI] On Going Salahkah jika seseorang mempunyai keinginan rasa cinta yang bisa berbalas? Tentu semua ingin cintanya tidak sepihak. Namun apakah mungkin Sabrina bisa mendapatkan balasan cinta dari seorang Ustadz? Sedang takdir buruk nan tidak m...