🥀.02

83 13 4
                                    

--¤♡¤--

Flashback on
"Ih, Bunda ... kenapa harus Brina yang anterin tehnya ... Tiara aja lah Bun," Tolak Sabrina ketika di perintah oleh Bunda Sarah untuk memberikan teh kepada Ustadz tampan yang keluarga besar Shabrina undang saat acara halal bi halal di Jogja dan dibuka secara umum.

Tiara, sang sepupu Sabrina itu angkat suara ketika mendengar namanya disebut. "Loh kok Tiara? ya Mbak aja sana. Katanya pengen tahu Ustadznya siapa, giliran disuruh anterin minum buat dia nggak mau."

Keluarga tersebut seakan tidak memberi tahu Sabrina siapa Ustadz yang diundang keluarga tersebut.

Namanya juga Sabrina, gadis cantik yang rasa keinginantahuan mengenai agamanya tidak akan pernah asing dengan Ustadz di seluruh Indonesia ini. Karena ini lah rasa keingintahuannya besar.

Dari awal, Sabrina sudah merasa aneh dengan keluarganya. Benar saja, ketika Sabrina bertanya mengenai siapa Ustadz yang diundang itu, keluarga besar itu selalu beralasan tidak tahu atau tidak mengingat nama Ustadz itu.

Ketika gadis itu hendak mencari tahu sendiri siapa Ustadz itu saja, keluarga besarnya seakan mengurung niat Sabrina dengan menyuruh Sabrina untuk berkutat di dapur.

Jika dipikir memang Sabrina adalah gadis muda yang ahli dengan hal yang berbau masakan. Bakatnya ini diturunkan oleh sang Ibundanya.

Gadis bernama lengkap Sabrina Putri Nafisha Alhumaira bukanlah tipe orang yang menolak perintah orang yang lebih tua darinya. Tetapi baju gamis yang ia kenakan basah akibat mencuci piring. Ia harus menggantinya. Jika tidak, Nasib terkena masuk angin pasti terjadi.

Akhirnya, Sabrina memaksa Tiara untuk mengantarkan tehnya, dengan seribu alasan menguatkan. Meski ia harus mengubur dalam-dalam jiwa keingintahuannya dengan Ustadz itu.

Gadis bernama Tiara dengan kekuatan sangat malas pun akhirnya menuruti apa yang dipaksakan oleh sepupunya untuk mengantarkan minuman kepada Ustadz itu.

"Ya udah Tan, sini! Biar  Tiara anter minumnya." Tiara menurut sambil merebut nampan berisi secangkir teh yang berada di tangan Bunda Sarah.

"Hati-hati, awas ntar tumpah!" Peringat Bunda Sarah. Apaan ini? Tiara sudah dewasa, dia tahu dia tidak akan menumpahkan dan pasti membawa secara hati-hati teh itu. Tiara bukan anak kecil lagi. Ya kali Sabrina, pasti bisa tumpah apalagi 'kan Ustadz itu adalah idolanya.

Tiara pun melangkahkan kakinya untuk mengantarnya di ruang tamu. Tempat Ustadz itu beristirahat sebelum memulai acara ceramahnya nanti di atas panggung yang berada di halaman luas rumah mewah itu.

Namun saat berada di ruang tak jauh dari dapur...

Buugg!!

Lengan Tiara bertabrakan dengan lengan seorang pria berbaju koko putih, sehingga membuat teh yang Tiara bawa sedikit mengenai pakaian orang tersebut.

"Maaf." Ujar keduanya tidak sengaja bersamaan.

"Eh!" Lagi, mereka mengucapnya secara bersamaan. Namun kedua nya tidak saling pandang memandang.

Tiara mendongak, kedua matanya terbelalak. Orang yang baru saja ditabraknya adalah Ustadz Zain. Malu, satu kata yang membuat Tiara tak lagi berani menatap Sang Ustadz lama-lama.

PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang