🥀.12

34 10 2
                                    

Alqur'an tetap menjadi prioritas yaa..

Next..
Happy Reading🥰

-Penantian-

--¤♡¤--

Seorang wanita paruh baya itu terkejut dan merasa tidak percaya dengan apa yang putrinya ucapkan kepadanya.
"Apa? Kau tidak bercanda kan Ra?"

"Tidak Bu, Kakaknya Brina sendiri yang tawarin, ndak mungkin dia ada niat untuk membohongi Meera. Ibu tau sendiri kan Bang Hasbi itu orangnya gimana,"

"Ya nggak tahu lah Ra, tapi bukannya Ibu negatif sama dia. Kamu juga harus hati-hati di jaman sekarang."

"Oh iya, Ibu cuma sekedar tahu dia doang ya?"

"Iya hari itu, cuma sebentar. Jadi belum tau sifatnya kayak gimana ..."

"Pokoknya, Bang Hasbi itu kalau yang Meera kenal, orangnya baik banget Bu, sama Brina juga sayang, cuma sedikit jahil aja." Kata Meera dengan sedikit senyumannya.

"Izinin ya Bu.." Meera memohon dengan raut muka yang sedikit mengggemaskan.

"Buat apa dia nyewain segala, kenapa nggak buat adiknya sendiri? Lagian nggak masuk akal banget, Hasbi kan di Surabaya, ngapain nyewa-nyewa kios buat kamu. Di Jakarta pisan."

Meera memukul kecil dahinya. "Ya Allah, Meera lupa ngasih tahu. Jadi gini, Bang Hasbi itu habis lulus dari kuliahnya, dia sekarang udah meraih gelar Sarjana Kedokterannya, nah untuk mendapat gelar Dokter, Bang Hasbi harus belajar lagi, trus akhirnya Bang Hasbi praktek di Jakarta ..."

"Oalah ... gitu toh, oke lah Ibu izinkan. Tapi ingat, disana harus hati-hati."

"Bener Bu? Alhamdulillah. Oke secepatnya nanti aku cari karyawan ya, Buat temenin Ibu jaga toko."

Meera dengan senang hati kemudian mengabari Hasbi jika ia benar-benar mau dengan penawaran Hasbi. Selang beberapa hari, Meera pun mempersiapkan semuanya untuk berangkat ke Jakarta. Sungguh ia sangat tidak sabar untuk bisa bertemu dan bercanda lagi dengan sahabatnya, Sabrina.

-P-

Beberapa jam berlalu, kini jam di dinding kamar hotel Sabrina menunjukkan pukul tiga sore. Sabrina tiba-tiba teringat, bahwa tanggal sekarang ia harus pergi mengajar ngaji di Masjid dekat kediaman Dhiaurrahman.

Gadis itu dengan langkah semangat pergi menuju kamar mandi. Setelah beberapa menit, Sabrina keluar dan mulai menyiapkan pakaiannya.

Gamis berwarna hitam bervariasi pink muda, dengan khimar lebar berwarna hitam. Gadis itu tampil sangat menawan.

Dengan penuh niat karena Allah, ia pun pergi dan tanpa mengabari Hasbi yang baru saja keluar untuk mengurus apotek yang akan dia dirikan.

Hanya membutuhkan waktu lima belas menit, gadis itu sudah sampai di dekat parkiran masjid itu. Tepatnya di dekat rumah Dhiaurrahman.

Sabrina membayar taksinya dan kemudian pergi menuju tempat itu. Langkahnya cukup terhenti ketika ia hendak melewati rumah Zain, terlihat Umma, Farah dan Zain sedang beradu mulut. Sabrina yang mengetahui itu menundukkan tubuhnya, dan menyembunyikan diri dibalik gerbang tinggi rumah itu.

Sabrina melihat, dari sebelah. Ia terkejut ketika mendapati Zhara yang disana sedang menangis tersedu.

"Zhara, kenapa dia menangis?" Sabrina tiba-tiba meneteskan air matanya. Sungguh, ia sangat merindukan keluarga tersebut.

PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang