🥀.09

42 11 1
                                    

Jangan lupa juga untuk membaca Alqur'an, memperbanyak dzikir, dan sholawat kepada baginda.

Oke next..
Happy reading!

-Penantian-

--¤♡¤--

Allahu akbar Allahu Akbar

Suara kumandang azan merdu nan lembut terdengar dengan nyaman masuk di telinga.

Hasbi yang menyadari itu bergumam seakan lagi-lagi tidak asing dengan suara itu. "Tadi jumpa orang yang sepertinya pernah ketemu, sekarang denger suara orang yang pernah aku denger juga."

Kemudian Hasbi melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk berwudhu, lalu melaksanakan kewajiban siang harinya.

Karena masih dengan rasa tidak percaya. setelah menghadap sang Rabb, Hasbi berdzikir sebentar, lalu kemudian keluar untuk mencoba menenangkan fikirannya yang dari tadi masih tidak bisa lepas dari orang itu.

Menyadari lokasi yang sepertinya ramai, kebetulan juga dekat, Hasbi mencoba untuk menghampiri lokasi tersebut.

Kedua manik mata Hasbi membesar, ketika ia mendapati seseorang yang menurutnya itu adalah penggemar dari adik tercintanya.

"Zain? Ustadz muda itu kan? Kenapa ada disini? Siapa yang sakit? Lalu Sabrina? Bagaimana kondisi dia sekarang?" Gerutu Hasbi bingung dan tiba-tiba teringat akan kondisi Sabrina.

Karena merasa aneh, khawatir, dan tidak nyaman, akhirnya Hasbi diam-diam mengikuti kemana arah Zain setelah menemui beberapa penggemarnya.

Langkah Zain terhenti di depan sebuah kamar yang Hasbi tidak ketahui ruang siapa itu.

Zain mengambil beberapa peralatannya yang tertinggal di dalam ruang rawat Sabrina.

Hasbi pun berjalan layaknya dokter pada umumnya. Ia berjalan tanpa mengendap-endap, dengan mata yang melihat ke arah bawah, atau lurus kedepan, atau sesekali melihat ke arah dinding.

Hanya beberapa detik saja, Zain keluar dari ruang Sabrina kemudian melanjutkan lagi perjalananya bertujuan untuk pergi ke kamar mandi umum.

Hasbi yang masih ingin tahu, mencoba untuk mengamati kamar dan lokasi tempat itu. Lalu ia nanti akan mencoba menanyakan kepada Dokter Farhan.

Hasbi tidak sebodoh itu untuk pergi ke ruang itu, atau bahkan memasuki kamar itu.

Hasbi kemudian pergi kembali menuju ruangannya.

Ponsel yang ia taruh di atas nakas, berbunyi. Hasbi mengerutkan kepalanya.

Hasbi mengambil ponsel miliknya, tertulis bahwa Dokter Farhan yang menelfonnya.

"Halo Pak, Assalamualaikum." Salam Hasbi setelah mengangkat telfonnya.

"Waalaikumsalam. Gimana Bro? Udah nyampe di rumah sakitnya kan?" Tanya Dokter Farhan.

"Udah Pak. Terima kasih banyak atas bantuannya."

"Haha sama-sama Bro. Yuk ketemuan di kafe, nanti aku kirim alamatnya."

"Baik Pak."

"Oke, aku tutup Assalamualaikum."

PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang