Alqur'an tetap menjadi prioritas yaa..
Next..
Happy Reading🥰-Penantian-
--¤♡¤--
Gadis bernama Meera itu kini sedang berusaha untuk mendapat jawaban atas pertanyaannya pada Sabrina yang entah ke berapa kali sahabatnya itu termenung lagi.
"Brin, ayo lah jangan seperti ini! Brina!!" Panggil Meera sambil menggoyangkan tubuh Sabrina. Namun tetap saja tak ada jawaban dari mulutnya, justru air mata telah meluncur bebas setelah tepi matanya yang sudah tak sanggup untuk membebaninya.
"Loh ya Allah, malah nangis, lagi." Meera mulai tergerak untuk mendekatkan wajahnya tepat di hadapannya, menatap lekat Sabrina yang entah pikirannya itu sedang hijrah kemana.
"Hei, Brin." Sapa Meera pelan dan sedikit menepuk pipi kanan Sabrina hingga berhasil membuat Sabrina tersadar.
"Eh iya?"
"Kenapa sih, kenapa?" Tanya Meera pada Sabrina, namun tetap tidak ada jawaban dari Sabrina, dan gadis itu justru kembali termenung.
"Hei." Sapa Meera lagi.
"Eu, nggak kok, nggak papa."
Wajah Meera melukiskan kecewa, kemudian Sabrina berusaha untuk mengalihkan pembicaraan masalah itu.
"Meera, kok kamu tiba-tiba ada disini sih? Jahat ya, kamu. Kesini gak bilang-bilang." Sabrina mengerucutkan bibirnya sangat menggemaskan.
"Emang udah direncanain nggak perlu bilang ke kamu." Ujar Meera menggoda.
"Ihh. Kamu mah gitu." Sabrina kembali mengerucutkan bibirnya kesal.
"Nggak, nggak canda. Tapi emang sengaja gitu." Ujar Meera dengan sedikit tertawa, dan disusul oleh Sabrina.
Gelak tawa tercipta dari keduanya, mengenang masalalu ketika masih duduk di sekolah. Namun sekarang karena keadaan, mereka jarang bertemu. Rasa rindu dari keduanya yang kian membuncah pun terobati pada hari itu. Namun tiba-tiba mereka teringat oleh sahabat satunya yang sekarang telah menempuh ilmu di luar negeri.
"Eh iya, Annisa gimana Ra? Nomornya udah gak aktif, kan ya?"
"Iya ya, tuh anak sengaja lupain kita atau gimana sih." Kesal Meera.
"Ssstt, udah jangan gitu, siapa tahu dia emang lagi ingin fokus belajarnya." Tenang Sabrina menepuk kecil pundak Meera dan sedikit sunggingan bibir dari Sabrina.
"Eh aku mau nanya dong." Lanjut Meera berpikir dengan kedua mata yang mengarah keatas.
"Iya apa?" Sahut Sabrina antusias.
"Aku jadi ingat Kakak kamu tadi bilang Farah, Farah siapa sih yang dimaksud?" Tanya Meera.
Bukan sedih, malah gelak tawa terdengar sedikit nyaring sari Sabrina, dan membuat Meera kebingungan dan mulai faham apa yang dimaksud sahabatnya ini.
"Ekhem, cieee .... Kau cemburu kah, Ra?"
"Nyesel gue nanya kek gitu." Lanjut Meera kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penantian
Spiritual[REVISI] On Going Salahkah jika seseorang mempunyai keinginan rasa cinta yang bisa berbalas? Tentu semua ingin cintanya tidak sepihak. Namun apakah mungkin Sabrina bisa mendapatkan balasan cinta dari seorang Ustadz? Sedang takdir buruk nan tidak m...