🥀.15

39 10 4
                                    

Alqur'an tetap menjadi prioritas yaa..

Next..
Happy Reading🥰

-Penantian-

--¤♡¤--

"Ya udah yuk bareng aku! Nggak baik perempuan jalan berdua nggak ada laki yang jagain." Ajak Arkan kepada Sabrina.

"Dihh, Lu mah modus doang dari dulu Kan, Kan." Sewot Meera lagi.

"Ssssst .... Jangan banyak ngomel, kuy lah." Ajak Arkan tak menghiraukan Meera dan berjalan mendahului Sabrina dan Meera.

Meera yang mengetahui itu mulai beraksi untuk jahil. Ia mengambil tangan Sabrina dan menariknya untuk pergi berbalik arah dan bersembunyi.

"Eh, eh, eh ... mau dibawa kemana ini aku?" Tanya Sabrina terheran.

Jari telunjuk Meera terangkat hampir menyentuh bibir Sabrina. "Sssssssttt! Udah diem aja."

"Huh dasar ni anak, jahilnya ternyata masih dipelihara." Batin Sabrina sambil menggelengkan kepalanya.

Pandangan Sabrina tertarik dan menangkap sosok seorang yang ia cintai sedang bersama perempuan, siapa lagi kalau bukan Zain dan Farah.

Sabrina pun pamit dari Meera beralasan untuk melihat sesuatu yang ingin dibeli, sedang si Meera masih sibuk mengamati Arkan yang kebingungan mencarinya dan Sabrina.
"Ra, aku kesana bentar mau lihat itu." Pamit Sabrina.

"Oke, kamu kesana aja dulu, ntar aku nyusul.. hihihi." Sahut Meera sambil meringis geli melihat tingkah Arkan.

Sabrina pun berjalan menuju ke arah Zain dan Farah, dan melihat Zain dan Farah dari kejauhan, yang tubuhnya terjangkau oleh Arkan yang di sampingnya.

Melihat Zain dan Farah yang sedang bergurau ria, mata Sabrina kembali berkaca-kaca, dan matanya kini sedang berusaha menampung air mata yang ia tahan supaya tidak meluncur.

Arkan yang matanya masih sibuk mengitari sudut demi sudut, kini pun menangkap sosok Sabrina yang terlihat di arah kejauhan.

"Lah itu kan Brina? Kok dia keliatan murung gitu?"
Arkan pun mendekat dan ia bersembunyi di sebalik pakaian-pakaian dan melihat Sabrina lebih dekat.

Meera yang mengetahui Arkan yang tiba-tiba terlihat mendekat ke arahnya pun gelagapan, dan kebingungan melihat Arkan yang matanya tertuju ke depan.

"Duh, duh. Nggak aman ini, eh tunggu! Dia ngeliatin siapa? Jangan-jangan Brina lagi."
Gerutu Meera sambil melihat sesuatu yang menjadi tujuan pandangan Arkan.

Setelah keduanya menyadari, Arkan dan Meera membulatkan matanya, ketika mendapati Sabrina yang diam terpaku melihat dua insan yang sedang bergurau dan jalan semakin menjauh dari lokasi.

"Zain?" Batin Meera dan Arkan.

"Ya Allah Brin, nasibmu. Aku kira kamu disini baik-baik aja, bahagia bisa ketemu idola dan pujaan hatimu, tapi ternyata malah menyiksamu. Oh jadi ini sebab Bang Hasbi memarahimu. Harusnya kamu ngerti sama dia, Brin. Bang Hasbi melakukan ino semua karna ia tidak ingin kau sakit hati." Ratap Meera melihat ngilu ke arah Sabrina.

"Zain berani membuat kau meneteskan air matamu. Andai kau mengetahui perasaanku padamu, Brin. Aku janji nggak akan pernah ngecewain kamu, apalagi sampai membuatmu meneteskan air mata." Batin Arkan pilu.

Zain yang seorang pendakwah dan Ustadz tampan, kini beberapa idola yang mengetahui Zain menghampiri dan meminta foto, begitu juga dengan Farah yang dengan wajah cantiknya pasti digemari oleh banyak orang.

PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang