Chapter 16

4.2K 216 8
                                    

22 Maret 2021

•••

"Kamu mau makan malam bareng kami?" tanya Rivera saat Milo sudah siap sedia pulang.

Aneh rasanya bagi Milo, yang awalnya ingin menghindari Rivera, malah saat pulang ia ingin terus bersama wanita itu. Bagaikan ia magnet utara dan Rivera adalah magnet selatannya.

Namun segera kenyataan menepis, fakta Milo harus fokus dan tidak ke lain-lain terlebih status Rivera masih belum ia ketahui, jadi Milo harus ekstra menahan diri. Rivera juga memiliki pengaruh besar pada masa pubernya--Milo seratus persen belum siap komitmen sejauh itu--suami, dan ayah untuk Raffael.

Eh, lagian kenapa ia memikirkan komitmen demikian?

"Mom, dia belum mandi sejak pagi, lebih baik dia pulang dan lain kali saja makan malamnya. Bau badannya menyengat."

Milo kaget, sekaligus merasa tertampar akan ungkapan Raffael, ia mencium badannya sendiri. Huh ... hanya agak bau.

"Raffe, jangan begitu!" tegur sang ibu, wajahnya khawatir.

"Eh, gak papa, Tante. Raffael bener, aku bau banget." Milo menyengir, kedua pipinya memerah karena malu bukan main. "A-aku pulang dulu, Tante, Raffael."

"Oh, ya, sebentar Milo!" Rivera beranjak pergi ke dapur dan dua remaja itu menatap tunggu si wanita.

Tak lama, ia kembali lagi bersama wadah di tangannya.

"Kemarin katanya Raffael gak sempet ketemu kamu, padahal mau ngasih kue. Nih, bawa pulang! Kasih ke orang tua kamu juga, Pak Brendon, Bu Mentari."

"Ah, i-iya, Tante. Makasih banyak." Milo menyambut kotak itu dari tangan Rivera, dan tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan.

Ada sedikit kejutan listrik bagi Milo, tetapi Rivera terlihat biasa saja.

Kini mereka berdua mengantar Milo ke depan, pemuda itu mengucapkan selamat tinggal lagi sebelum akhirnya tancap gas dengan motornya yang membawa diri (dengan tak rela) pergi dari rumah Raffael.

Ibunya menatap sang putra kesal. "Raffael, kamu jangan ngomong kasar sama Milo, ya!"

"Memangnya kenapa?" tanya Raffael cuek.

"Ayah dia atasan baru Mommy, kita harus punya attitude, dong, di hadapan bos ataupun keluarganya!" Ibunya menggeleng miris.

"Memangnya aku tadi kasar? Aku hanya bilang kenyataan."

"Raffe, sikap blak-blakan kamu itulah masalahnya! Kamu harusnya menjaga tutur--"

"Katakan itu pada dirimu sendiri, Mom. Dan oh, apa ini sistem mencari muka di hadapan atasan?" Mata Rivera membulat sempurna akan perkataan putranya itu. "Terkadang kita tak perlu takut mengatakan kenyataan sekalipun kenyataan itu pahit."

"Raffael, kamu--" Rivera menggantung kalimatnya, dan Raffael menatap dengan wajah datar.

Wanita itu terdiam karena tatapan tanpa ekspresi anaknya.

Rivera memejamkan mata, menghela napas. "Masuk ke kamarmu, mandi, Mom akan memanggilmu jika makan malam siap."

Raffael tak menjawab, ia beranjak begitu saja meninggalkan ibunya yang wajahnya terlihat begitu terluka. Sekali lagi Rivera menghela napas dan melangkah ke dapur, mulai membuat makan malam mereka.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

MY SEXY JANDA [B.U. Series - M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang