1 Maret 2021
•••
"Ini cemilan dan minuman untuk kalian," kata ibunda Raffael, meletakkan nampan berisi dua susu segar dan kue jahe bentuk boneka di sana, tepat di tengah-tengah Milo dan Raffael. Raffael melirik sekilas, ternyata ada susu yang lebih segar--segera Milo memandang ke depan.
Pakaian ibu Raffael sebenarnya tidak terbuka, kenapa Milo punya khayalan-khayalan kurang ajar, gila!
"Mom buat sendiri, lho," ucap wanita itu, pun duduk di hadapan mereka dengan senyuman hangatnya.
Milo memejamkan mata selama beberapa saat, tenang, ia tak boleh kurang ajar. Ia sudah kurang diajari, jangan sampai kurang aja. Huh ... hah ... Milo menarik-embus napas, menenangkan diri.
"Masasih, Tante."
"Lho? Kamu gak percaya?" Milo miris sendiri, karena tidak ada K di sana.
"Ma-maksud saya makasih, Tante." Milo meralat, menangkupkan tangan ke arah wanita itu yang tertawa melihat tingkahnya kemudian.
"Ah, iya." Ibu Raffael masih tertawa. "Temen kamu manis banget, Raffe. Sudahlah, jangan gugup, anggap saja Mom ibu kamu sendiri. Panggil Mom pun gak masalah."
Kedua pipi Milo memerah, meski begitu ia hanya manggut-manggut. Rasanya jantungnya sedang berayun ke mana-mana, tetapi dengan teknik pernapasan menenangkan diri, setidaknya kegugupan tersebut berkurang.
Ugh ... ibu Raffael memang ajib.
"Sudah selesai percakapan kalian? Aku ingin segera belajar," kata Raffael dengan malas.
"Baik, Sayang. Ayo kita belajar bersama." Ibu Raffael mengambil sebuah pena serta kertas di sana. "Milo, ini metode belajar yang saya lakukan pada Raffael, kamu bersedia?"
"A-aku bersedia?" Milo menjawab yang faktanya nadanya malah seperti bertanya.
Ibu Raffael tertawa. "Jangan gugup, kamu kayak pria di atas altar aja yang pengen ngucapin sumpah pernikahan kali pertama."
"Mom," tegur Raffael merasa mereka bertele-tele.
"Ah, jadi begini. Saya akan ngasih kalian soal, satu saja, untuk hari ini pelajaran matematika. Kamu jawab apa pun yang kamu ingat, enggak perlu takut salah, karena kita bakalan belajar sama-sama." Milo mengangguk canggung. "Baiklah, saya akan buat soalnya sebentar."
Tampak ibunda Raffael menulis di atas kertas selama beberapa saat, sebelum akhirnya mengarahkannya ke kedua anak tersebut.
"Jangan menyontek, dan pastiin kamu menjawabnya, oke? Ingat kata saya, jangan takut salah, jawab saja seadanya."
Milo meneguk saliva, soal apa ini? Ia sama sekali tak paham. Lalu menatap ke arah Raffael, dengan cepat anak cerdas yang lebih muda darinya itu menulis ini itu tanpa terkecuali. Raffael yang sadar ditatapi Milo, langsung menjauhkan kertasnya dan menghalangi pandangan pemuda itu.
Ibu Raffael tertawa, Milo menatap ke arah wajah cantik berserinya. "Jangan menyontek, ya, Milo. Jawab saja seadanya kamu, gak perlu khawatir salah. Saya enggak gigit, kok. Paling cuman saya pencet."
Mata Milo membulat sempurna, pencet yang di kepalanya sangat ... di tengah dada ibu Raffael ... itu ....
Pipinya memanas lagi.
"Enggak, enggak, Mom bercanda. Jawab seadanya kamu saja, oke?" Milo masih mematung. "Milo, kamu kepanasan? Wajah kamu memerah, sebentar saya rendahkan suhu AC-nya, ya."
Dan kala wanita itu berdiri, Milo tersadar, ia menampar pipinya yang memikirkan banyak hal konyol dan erotis di sana. Tenang, santai, yang di bawah juga harus santai! Jangan menegang!
"Huh ...." Milo lega, terlebih suhu udara lebih menyejuk.
"Mom, aku sudah!" Sang ibunda baru duduk di tempat lagi ketika Raffael menyerahkan kertasnya ke sang ibu. Milo menatap kaget, cepatnya ....
Ibu Raffael melihat soal yang dikerjakan putranya. "Bagus, Raffe. Jawabannya benar." Ibunya tersenyum bangga. "Kamu soal berikutnya."
Milo kaget, satu soal saja dia belum selesai.
"Milo, kamu masih soal itu saja, kamu tidak nambah, kok." Oh? Begitu? "Jawab saja setahu kamu, nanti saja bantu jelaskan. Tiga kali saya bilang ini: jangan takut salah. Mengerti?"
"Jawab asal saja jika tak tahu apa-apa," timpal Raffael.
"Oh um ... ba-baik." Raffael mendapatkan soal kedua, sedang Milo mulai menjawab soal yang tidak ia ketahui jalannya.
Namun, mengingat ia bisa menjawab asal ... tidak, jangan begitu, setidaknya asal-asalan tetapi cukup meyakinkan. Ia tahu beberapa rumus, gunakan saja.
"Su-sudah," kata Milo dengan ragu, menyerahkan kertas itu ke ibu Raffael. Raffael tampak kaget akan jawaban Milo ... rumus baru macam apa itu? Ending-nya salah pula.
"Ah, kamu punya imajinasi bagus, Milo. Beberapa rumus sudah benar, tapi ... begini jalannya." Kini Ibu Raffael berdiri, menuju ke samping belakang Milo.
Deg!
De-dekatnya ....
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SEXY JANDA [B.U. Series - M]
Romance18+ Milo, cowok 18 tahun yang memasuki masa puber, jatuh cinta pada pandangan pertama melihat ibu dari teman sekelasnya. Namun, cowok itu sadar ia tak boleh merasakannya karena 1) dia harus fokus ke ujian yang akan ia hadapi, 2) ia tak ingin cinta d...